Saat ini terdapat puluhan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Batubara tersebar dan beroperasi di Indonesia, melepaskan jutaan ton
polusi setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu PLTU-PLTU tersebut mengotori udara
kita dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik, kadmiun dan
partikel halus namun beracun, yang telah menyusup ke dalam paru-paru
masyarakat.
Polusi udara adalah pembunuh senyap, menyebabkan 3
juta kematian dini (premature death) di seluruh dunia, di mana
pembakaran Batubara adalah salah satu kontributor terbesar polusi ini. Polusi
udara menyebabkan peningkatan risiko kanker paru-paru, stroke, penyakit
jantung, dan penyakit pernapasan.
BATUBARA:
ANGKA DAN DATA
1.
Indonesia hanya
memiliki 3% cadangan Batubara dunia. Namun, eksplorasi Batubara terus menerus
dilakukan. Saat ini Indonesia merupakan negara nomor satu pengekspor Batubara
di dunia, melampaui Australia.
2.
Meskipun
Indonesia sebagai negara pengekspor Batubara terbesar di dunia, nyatanya masih
terdapat sekitar 20% masyarakat Indonesia belum mendapatkan akses listrik dari
negara. 2 Mereka adalah rakyat Indonesia yang tinggal di pedalaman,
tempat-tempat terpencil dan ratusan pulau-pulau kecil di pelosok nusantara.
3.
Meskipun
pertumbuhannya sangat pesat, ternyata industri Batubara hanya menyumbang 4%
dari produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Data ini mematahkan argumen
pemerintah, bahwa industri Batubara merupakan salah satu penyokong perekonomian
Indonesia.
4.
Penambangan
Batubara menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terhadap tanah,
sumber air, udara dan juga membahayakan kesehatan, keamanan dan penghidupan
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pertambangan. Menurut studi yang
dilakukan Greenpeace Indonesia pada 2014 lalu, sepanjang 3000 km atau sebanyak
45% sungai di Kalimantan Selatan berpotensi tercemar limbah berbahaya dari
konsesi tambang.
5. Badan Energi
Internasional (IEA) mengungkapkan bahan bakar fosil Batubara menyumbang 44%
dari total emisi CO2 global. Pembakaran Batubara adalah sumber terbesar emisi
gas GHG (green house gas), yang memicu perubahan iklim.
6. Batubara yang
dibakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memancarkan sejumlah polutan
seperti NOx dan SO2, kontributor utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi
PM2.5. Masyarakat ilmiah dan medis telah mengungkap bahaya kesehatan akibat
partikel halus (PM2.5) dari emisi udara tersebut. PLTU Batubara juga
memancarkan bahan kimia berbahaya dan mematikan seperti merkuri dan arsen.
7. Partikel-partikel
polutan yang sangat berbahaya tersebut, saat ini mengakibatkan kematian dini
sekitar 6.500 jiwa per tahun di Indonesia. Estimasi yang dilakukan Universitas
Harvard dalam laporan Greenpeace Indonesia 2015, menunjukan Penyebab utama dari
kematian dini termasuk stroke (2.700), penyakit jantung iskemik (2.300), kanker
paru-paru (300), penyakit paru obstruktif kronik (400), serta penyakit
pernafasan dan kardiovaskular lainnya (800). Estimasi angka tersebut
diperkirakan akan melonjak menjadi sekitar 15.700 jiwa/tahun seiring dengan
rencana pembangunan PLTU Batubara baru.
Di berbagai negara, Batubara mulai kehilangan
popularitasnya. Warisan kotor abad ini telah gagal dalam menghadapi efisiensi
energi yang bertumbuh, bukti-bukti dampak pencermaran, semakin terjangkaunya
energi terbarukan serta munculnya perlawanan masyarakat di banyak negara.
Sebagai contoh, sebanyak 200 PLTU batu bara di Amerika Serikat telah
dijadwalkan untuk ditutup. Pada periode yang sama ketika sebanyak 82.5 gigawatt
energi dari sumber batu bara dibatalkan. Amerika Serikat menambahkan 46
gigawatt energi terbarukan dari angin, matahari, dan teknologi panas bumi.
Meski demikian, pemerintah Indonesia tetap berencana
menambah puluhan PLTU Batubara baru. Jika rencana tersebut terwujud, korban
kematian dini dapat bertambah hingga 15.700 jiwa/tahun di Indonesia dan
estimasi total 21.200 jiwa/tahun termasuk di luar Indonesia. Kematian dini tersebut
disebabkan peningkatan resiko penyakit kronis pada orang dewasa dan infeksi
saluran pernapasan akut pada anak akibat paparan partikel halus beracun dari
pembakaran Batubara.
Sumber : Riset Dampak PLTU Batubara oleh Tim Peneliti
Universitas Harvard - Atmospheric Chemistry Modeling Group (ACMG) dan
Greenpeace Indonesia