Sebagai salah satu produsen terbesar di dunia, sangat disayangkan sebagian besar hasil produksi batu bara Indonesia hanya dijual sebagai bahan mentah sehingga daya jual produk cenderung kurang. Berkaca pada permasalahan tersebut, pemerintah bersama para stakeholder kini memulai langkah menggalakkan hilirisasi batu bara menuju industri coal chemical dimana mengolah batu bara menjadi bahan kimia berdaya jual tinggi. Program ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan negara terhadap impor bahan kimia dan memperkuat kemandirian sektor energi nasional.
[BUTENA 9]
Batu
Bara Lebih dari Sekadar Bahan Bakar:
Potensi
Coal Chemical Kurangi
Impor Besar-Besaran
Sebagai salah satu produsen
terbesar di dunia, sangat disayangkan sebagian besar hasil produksi
batu bara Indonesia hanya dijual sebagai bahan mentah sehingga daya
jual produk cenderung kurang. Berkaca pada permasalahan tersebut,
pemerintah bersama para stakeholder
kini memulai langkah menggalakkan hilirisasi batu bara menuju
industri coal chemical
dimana mengolah batu bara menjadi bahan kimia berdaya jual tinggi.
Program ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan negara
terhadap impor bahan kimia dan memperkuat kemandirian sektor energi
nasional.
Hilirisasi batu bara merupakan
program pemerintah dalam rangka mengubah batu bara dari bahan mentah
menjadi produk turunan yang memiliki daya jual tinggi melalui
serangkaian proses kimia. Kebijakan hilirisasi batu bara
dilatarbelakangi oleh tingginya nilai impor bahan kimia di Indonesia
dimana setiap tahun negara mengeluarkan miliaran dolar untuk memenuhi
kebutuhan industri domestik. Produk-produk turunan hasil hilirisasi
ini berpotensi besar untuk diekspor sehingga meningkatkan daya saing
nasional. Kebijakan hilirisasi batu bara sejalan dengan amanat
Kebijakan Energi Nasional yang menekankan pentingnya peningkatan
nilai tambah sumber daya energi di dalam negeri.
Proses hilirisasi batu bara dapat
dilakukan melalui integrasi teknologi gasifikasi. Gasifikasi batu
bara adalah proses konversi termokimia di mana batu bara padat diubah
menjadi gas sintetik (syngas), yaitu campuran utama dari hidrogen
(H₂), karbon monoksida (CO), sedikit metana (CH₄), serta karbon
dioksida (CO₂). Proses ini dilakukan dengan mereaksikan batu bara
dengan oksigen terbatas, uap air (steam),
dan terkadang ditambah udara pada suhu tinggi sekitar 900–1.200°C
di dalam reaktor bertekanan. Tujuan utama gasifikasi adalah untuk
menghasilkan gas sintetis yang dapat diolah lebih lanjut menjadi
bahan bakar cair, bahan kimia dasar, atau energi listrik.
Tahap pertama dari gasifikasi
batu bara adalah proses pengeringan (drying)
untuk menguapkan air, diikuti pirolisis yang memecah batu bara
menjadi gas ringan dan arang:
CxHy→CH₄+H₂+CO+char
Selanjutnya terjadi oksidasi
parsial dan reduksi, menghasilkan gas sintetik melalui reaksi
gasifikasi:
C+H₂O→CO+H₂
CO+H₂O↔CO₂+H₂
Gas hasil kemudian dimurnikan dan
digunakan sebagai bahan baku berbagai produk kimia melalui proses
lanjutan. Proses gasifikasi batu bara menghasilkan berbagai produk
turunan bernilai tinggi yang terbagi dalam bentuk gas, cair, dan
padat. Produk utama adalah gas sintetik (syngas) yang mengandung
karbon monoksida dan hidrogen, berfungsi sebagai bahan baku berbagai
industri kimia. Dari syngas dapat dihasilkan metanol, yang digunakan
untuk pembuatan plastik, pelarut dan formaldehida serta dapat
dikonversi lebih lanjut menjadi olefin seperti etilena dan propilena
sebagai bahan dasar industri petrokimia. Selain itu, gasifikasi juga
menghasilkan SNG (Synthetic
Natural Gas), gas
metana sintetis yang dapat menggantikan gas alam konvensional sebagai
sumber energi bersih. Pada sisi produk cair, terbentuk tar, yaitu
campuran senyawa aromatik yang dimanfaatkan dalam pembuatan aspal,
bahan pelapis, dan bahan kimia aromatik. Sedangkan dari hasil padatan
dihasilkan kokas (char), residu karbon padat yang digunakan sebagai
bahan bakar padat, karbon aktif, serta bahan reduktor dalam proses
metalurgi. Seluruh produk ini menunjukkan bahwa gasifikasi batu bara
merupakan teknologi yang mampu menghasilkan energi dan bahan kimia
bernilai ekonomi tinggi secara terpadu dan efisien untuk mendukung
kemandirian energi nasional.
Hilirisasi batu bara menuju
industri coal chemical
merupakan langkah strategis bagi Indonesia untuk bertransformasi dari
negara pengekspor bahan mentah menjadi negara industri berbasis
sumber daya energi. Dengan dukungan kebijakan pemerintah, penelitian
terarah, dan penerapan teknologi efisien, Indonesia tidak hanya mampu
mengurangi impor miliaran dolar per tahun, tetapi juga membuka jalan
menuju kemandirian energi yang berkelanjutan. Batu bara kini tidak
lagi sekadar komoditas mentah, melainkan sumber inovasi industri yang
dapat menggerakkan ekonomi nasional di masa depan.
Daftar
Pustaka
Ciptaswara, R.F. &
Sulistiowati. 2022. Implementasi
Hilirisasi Mineral dan Batu Bara dalam Rangka Mewujudkan Kedaulatan
Energi dan Daya Saing Industri Nasional.
Mimbar Hukum, Vol. 34, No. 2, pp. 521–558. Yogyakarta: Fakultas
Hukum Universitas Gadjah Mada.
Detik Finance. 2025. Hilirisasi
Batu Bara ke Coal Chemical Bisa Kurangi Impor Miliaran Dolar.
Dry, M.E. (2002). Applied
Catalysis A: General.
Gupta, R. & Wall, T.F.
(2020). Coal
Gasification: Chemistry and Engineering.
Woodhead Publishing.
Higman, C. & van der Burgt,
M. (2011). Gasification
(2nd ed.). Gulf
Professional Publishing.
Speight, J.G. (2013). The
Chemistry and Technology of Coal.
CRC Press.
U.S. DOE – NETL Reports
(2019–2021).