[BUTENA 3] Nikel dan Batu Bara, Benarkah 'Berharga’ Sepadan?

    Sumber daya alam Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa, di antaranya adalah nikel dan batubara. Kedua komoditas ini tidak hanya menjadi kebanggaan negeri ini, tetapi juga menjadi pilar utama dalam industri pertambangan dan ekonomi nasional. Nikel, dengan kualitasnya yang tinggi, telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar di dunia. Nikel sangat berharga karena kelenturannya dalam produksi baja tahan karat dan sifat tahan korosi serta mampu menghantarkan listrik dengan baik dalam baterai membuat permintaan produksinya terus meningkat. Begitu pula dengan batubara, yang menjadi salah satu komponen utama dalam campuran energi nasional, terus menjadi kontributor signifikan terhadap keamanan energi Indonesia dan pendapatan ekspor. Namun, di balik kekayaannya yang melimpah, tantangan berkelanjutan terkait pemanfaatannya secara terus-menerus dan perlindungan lingkungan tetap menjadi fokus penting dalam mengelola sumber daya alam yang berharga ini.
    Indonesia adalah negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Badan Energi Internasional memprediksi peningkatan produksi nikel dunia mencapai sedikitnya 65% pada 2030, didorong oleh kebutuhan material baterai kendaraan listrik. Indonesia diperkirakan bakal memenuhi dua-pertiga kebutuhan dunia. Akan tetapi, pengamat menilai masalah lingkungan di kawasan tambang, baik nikel maupun lainnya, masih menjadi pekerjaan rumah di dalam negeri. Salah satu contohnya yaitu kondisi perairan di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang dekat dengan pabrik smelter nikel.
    Untuk bisa menambang nikel, perusahaan-perusahaan tambang harus membersihkansuatu kawasan besar dengan menebang semua pohon di sana. Selanjutnya lubang besar akan digali atau yang biasa disebut open pit. Karena tidak ada lagi akar-akar pohon di kawasan itu, tanah menjadi tidak stabil dan mudah mengalami longsor ketika hujan deras melanda. Data pemerintah menunjukkan terjadi setidaknya 21 banjir dan longsor di Sulawesi Tenggara sepanjang 2022. Padahal, antara 2005 dan 2008, sebelum izin sejumlah tambang diberikan, hanya terjadi dua hingga tiga insiden serupa per tahun, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Adanya sedimentasi lumpur nikel yang mengalir ke laut dan mengubur terumbu karang, menambah kekhawatiran pegiat lingkungan di sana. Hal ini mengakibatkan banyak warga kehilangan mata pencahariannya sebagai nelayan dan pengelola wisata bawah laut. Ikan yang sulit dijumpai, terumbu karang yang tertutupi sedimen, dan air yang terlihat keruh merupakan sumber hilangnya mata pencaharian mereka. Bahkan, hal ini juga mengancam keberadaan kerang raksasa yaitu “Kima” yang berhabitat dan dikonservasi di sana (Baraputri, 2023).
    Berdasarkan hasil analisis air laut dan sedimen di Perairan Desa Tapuemea, Kabupaten Konawe Utara, pada bulan April 2019 dapat disimpulkan bahwa terdapat tingkat pencemaran yang signifikan akibat kandungan logam berat nikel yang melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh KMNKLH No. 51 Tahun 2004. Kadar kandungan nikel dalam sedimen berkisar antara 0,76 - 9,72 ppm, melebihi ambang batas standar internasional. Sementara kadar nikel dalam air laut berkisar antara 0,04 - 0,23 ppm, juga melebihi ambang batas yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa Perairan Desa Tapuemea telah sangat tercemar dan tidak sesuai untuk kehidupan organisme perairan. Dengan adanya kandungan logam berat yang tinggi dalam air laut dan sedimen, terdapat potensi risiko bagi ekosistem perairan dan kesehatan manusia yang bergantung pada sumber daya laut (Wali, 2020).
    Nikel adalah unsur yang penting dalam beberapa fungsi biologis tubuh manusia dalam jumlah yang sangat kecil, paparan berlebihan terhadap nikel dapat menyebabkan masalah kesehatan. Beberapa orang mengalami alergi nikel, yang dapat menyebabkan reaksi kulit seperti dermatitis kontak. Paparan polusi udara yang dihasilkan smelter nikel juga memberikan dampak buruk pada sistem pernapasan masyarakat. Paparan polusi udara tersebut berkemungkinan besar menyebabkan beberapa penyakit, seperti ISPA, asma, diabetes, hingga stroke. Ini juga yang meningkatkan risiko seseorang meninggal akibat polusi udara (Green Media, 2023). Data CREA (Centre for Research on Energy and Clean Air) melaporkan, potensi pada 2025 akan ada 3.766 kematian dini karena smelter nikel. Lalu, angkanya naik di 2030 sampai dengan 5.000 kematian (Baraputri, 2023). 
    Sumber masalah tidak hanya muncul dari industri pertambangannya saja, tetapi dalam proses pengolahan material tambang tersebut pun juga memberikan dampak serius bagi lingkungan di sekitarnya. Seperti yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya, kualitas udara di sana terus memburuk tiap tahunnya. Lembaga independen yang melakukan penelitian soal polusi udara, CREA, menyebutkan pencemaran lintas batas dari Provinsi Banten dan Jawa Barat merupakan kontributor utama pencemaran udara di Kota Jakarta. Yang paling tinggi berasal dari sektor industri energi pembangkit listrik dan manufaktur. Hingga Agustus 2023, setidaknya ada 16 PLTU berbasis batubara yang berada tak jauh dari Jakarta. Sebarannya sebanyak 10 PLTU berlokasi di Banten, sedangkan enam lainnya di Jawa Barat. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) lingkungan di sana mengklaim abu dari hasil pembakaran batubara tak dikelola dengan baik padahal lokasinya dekat permukiman masyarakat. Pada akhir tahun 2022 misalnya, warga mengeluhkan adanya pencemaran debu batubara yang disebut berasal dari sebuah perusahaan (Author 2 BBC, 2023). 
    Banyak warga yang terkena langsung dampak polusi yang disebabkan oleh PLTU, contohnya yaitu warga yang tinggal di dekat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Lontar di wilayah utara Kabupaten Tangerang, Banten. Mereka harus menampung air untuk dipakai mandi hingga kebutuhan konsumsi. Akan tetapi, air tampungan itu tidak bisa lagi digunakan lantaran air hujan yang turun ke atap-atap rumah warga menghitam tercampur partikel yang diduga dari dampak aktifitas PLTU. Asap hitam pekat juga kerap hadir di kampung mereka, yang biasanya terjadi dalam kurun beberapa bulan di waktu perbaikan alat-alat di PLTU. Selain itu, dampak nyata dari keberadaan PLTU adalah udara di sekitar kawasan menjadi lebih panas menyengat dibanding wilayah-wilayah lain. Warga lainnya yang tinggal di sekitar PLTU Banten, Sukandara, mengatakan bahwa dampak paling nyata dari keberadaan pembangkit batubara itu adalah penyakit kulit. Sebabnya air sehari-hari yang dipakai terkena cemaran dari batubara yang jatuh dari kapal tongkang (Author 2 BBC, 2023). Contoh lain yaitu polusi udara yang ditimbulkan PLTU Suralaya di Provinsi Banten disebut berkontribusi pada ribuan angka kematian. Dalam riset terbaru yang dikeluarkan Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), polusi PLTU batu bara itu menyebabkan 1.470 kematian setiap tahun dan menimbulkan kerugian kesehatan hingga Rp14,2 triliun. Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Cilegon mencatat ada 17.382 warga di wilayahnya yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dari Januari 2023-Juni 2023, di mana salah satu lokasi terbanyak berada di Puskesmas Pulomerak sebanyak 3.274 kasus. Dalam penelitian CREA terbaru, disebutkan bahwa kawasan PLTU Suralaya di Banten merupakan daerah yang sangat tercemar. Dengan menggunakan metode Base Scenario (mengukur konsentrasi gas buang polutan untuk unit yang ada- existing), rata-rata konsentrasi partikulat PM2.5 dari hasil pembakaran batu bara di PLTU Suralaya sebesar 1,0 μg m-3. Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). Angka kematian dan kerugian akan semakin meningkat menjadi 1.640 jiwa dan Rp15,8 triliun jika seluruh PLTU itu menyemburkan gas polutan secara maksimal (Author 4 BBC, 2023).
    Dalam mengatasi tantangan lingkungan yang terkait dengan industri nikel dan batubara, pendekatan teknik kimia dapat memperkenalkan serangkaian solusi yang terfokus pada pengembangan teknologi pengolahan lanjutan. Ini termasuk penggunaan teknologi pemisahan lanjutan seperti adsorpsi dan metode katalitik untuk membersihkan gas buang dan limbah cair, serta penerapan teknologi pemulihan dan daur ulang untuk meminimalkan limbah dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku. Selain itu, rekayasa proses yang efisien juga bisa menjadi fokus utama, dengan optimisasi proses ekstraksi dan pemurnian yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi dan bahan kimia serta meminimalkan produk sampingan. Kontrol emisi yang ketat pada fasilitas pengolahan juga ditekankan, dengan implementasi sistem kontrol emisi yang ketat dan penggunaan teknologi kontrol polusi udara yang canggih. Selain itu, pengembangan bahan bakar alternatif dan katalis yang lebih ramah lingkungan menjadi aspek penting dalam mengurangi ketergantungan pada batubara dalam industri energi. Sementara itu, pemantauan proses online yang canggih dan pendidikan yang intensif kepada karyawan dan masyarakat lokal juga dianggap krusial dalam memastikan praktik industri yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi lingkungan sekitar. Dengan menerapkan solusi-solusi ini secara menyeluruh, diharapkan dapat mencapai keseimbangan antara kebutuhan industri dan pelestarian lingkungan.
Share:

KULIAH UMUM 2024


           Kuliah Umum 2024 adalah program kerja bidang akademis HMTK FT UNS. Kuliah Umum 2024 periode tahun ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2024. Amanda Puspitaningrum selaku Ketua Pelaksana Kuliah Umumn 2024 Kuliah Umum kali ini mengambil tema “Sustainable Nanotechnology: Revolutionizing Waste Management Through Green Chemistry” yang menghadirkan Prof. Indriana Kartini, S.Si., M.Si., Ph.D. sebagai narasumber. Acara ini dihadiri oleh pihak internal FT UNS maupun pihak eksternal FT UNS, dengan total peserta Kuliah Umum yang hadir mencapai 124 peserta.

            Open registrasi acara dimulai pada pukul 08:00 WIB. Pada pukul 09:00 acara dibuka oleh Naila Rasya Faiza teknik kimia 2023 selaku moderator. Kuliah umum diawali dengan penayangan safety induction, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sambutan-sambutan, pemberian materi oleh narasumber, dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dan pembagian doorprize. Kuliah Umum ditutup dengan sesi dokumentasi pada pukul 12:14 WIB.

            Diselenggarakannya kuliah umum  ini  diharapkan tersampaikannya wawasan mengenai peran nanoteknologi dalam pengelolaan limbah dengan penerapan prinsip-prinsip kimia hijau dan Meningkatnya minat peserta untuk mempelajari nanoteknologi dalam pengelolaan limbah dengan penerapan prinsip-prinsip kimia hijau.

 

Share:

[BUTENA 2] Carbon Capture and Storage (CCS)

 

International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa volume emisi CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil mencapai 56% dari total semua emisi global, dengan pembangkit listrik batubara (PLTB) sebagai sumber emisi utama yang mencapai lebih dari 60%. Untuk mengurangi emisi CO2 dalam jumlah besar, pengendalian (penangkapan CO2) yang dihasilkan dalam gas buang dari pembangkit listrik adalah logis. Tetapi, pengendalian ini tidak semudah yang dibayangkan karena gas buang tersebut memiliki karakteristik bertekanan rendah dan konsentrasi CO2 yang rendah, yang memerlukan proses tambahan yang membutuhkan energi cukup besar untuk pemisahannya.

Carbon Capture and Storage (CCS) adalah salah satu upaya mitigasi terhadap perubahan iklim atau pemanasan global sebagai akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca. Peningkatan emisi gas rumah kaca ini terutama diakibatkan oleh aktifitas manusia seperti pembakaran hutan dan kegiatan industri, misalnya industri migas dan industri petrokimia. Gas CO2 merupakan gas rumah kaca yang paling menonjol yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia, yang konsentrasinya di atmosfer makin meningkat seiring dengan bertambahnya berbagai kegiatan industri.

Efektifitas CCS dapat mencapai efisiensi yang tinggi dalam menangkap karbon dioksida (CO2) dari gas buang pembangkit listrik atau pabrik. Sebagian besar proyek CCS mencapai efisiensi 90%, yang berarti sekitar 90% dari CO2 yang dihasilkan dapat dijangkau dan disimpan. CCS juga mengurangi emisi CO2 dari sumber-sumber emisi terpisah, yang berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Sebagai contoh, pengendalian CCS dapat digunakan untuk mengurangi emisi CO2 dari pembangkit listrik batubara (PLTB).

Fungsi dan urgensi Carbon Capture and Storage (CCS) adalah untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) ke atmosfer dan membantu menekan dampak perubahan iklim. CCS merupakan teknologi yang berupaya untuk memisahkan CO2 dari gas buang pembangkit listrik atau pabrik, mengalirkan gas CO2 yang ditangkap ke lokasi penyimpanan, dan menyimpan karbon di bawah permukaan bumi, seperti formasi batuan yang tidak terkonsolidasi atau lapangan minyak yang sudah habis. Manfaat dari CCS antara lain:

1. Mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama CO2, yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.

2. Mempertahankan penggunaan sumber daya energi fosil dalam mix pembangkit listrik atau pabrik besar.

3. Memacu inovasi dalam teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, yang membuka peluang untuk pengembangan solusi yang lebih efisien dan ekonomis.

CCS dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain:

1. Penginjeksian CO2 ke dalam batuan reservoir (batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan hidrokarbon) pada ladang-ladang migas untuk kepentingan menyimpan CO2 sekaligus meningkatkan produksi minyak. Teknologi ini dikenal dengan nama teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). Teknologi ini diterapkan pada sumur-sumur migas yang sudah lemah tenaga waduknya (reservoir drive), atau dikenal dengan nama depleted reservoir. Namun, terdapat kelemahan dari teknologi ini yaitu risiko kebocoran CO2 dari batuan reservoir dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, pengurangan kapasitas penyimpanan karena kemungkinan terjadinya rekahan atau pergerakan batuan dan biaya yang tinggi terkait dengan pemantauan, pemodelan, dan verifikasi penyimpanan CO2.

2. Penginjeksian CO2 ke dalam batubara yang tak dapat diambil (unmineable coal). Penginjeksian ini dimaksudkan untuk menyimpan CO2 sekaligus untuk meningkatkan produksi CBM (Coal Bed Methane).

Kelemahan metode ini yaitu risiko potensial terhadap lingkungan jika terjadi kebocoran CO2 dari penyimpanan dalam batubara, diperlukan teknologi yang canggih untuk memastikan penyimpanan CO2 yang aman dan efektif dan biaya investasi awal yang tinggi dan biaya operasional yang terus menerus.

3. Penginjeksian CO2 ke dalam akuifer. Akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu mengalirkan air. Penginjeksian ini semata-mata untuk keperluan penyimpanan CO2 tanpa ada maksud untuk meningkatkan produksi migas ataupun CBM. Penginjeksian ini dapat dipandang aman apabila penginjeksian CO2 sekadar menggantikan CO2 yang telah hilang selama produksi minyak-bumi.

Kelemahan dari metode ini yaitu kemungkinan pencemaran sumber daya air bawah tanah jika terjadi kebocoran CO2, diperlukannya pemahaman yang mendalam tentang geologi dan hidrologi lokal untuk memastikan keberhasilan penyimpanan dan biaya yang tinggi terkait dengan pemantauan dan pemeliharaan jangka panjang.

4. Pemerangkapan atau karbonasi mineral dengan menggunakan batuan ofiolit atau batuan basa-ultrabasa. CO2 di atmosfer akan bereaksi dengan batuan ofiolit dengan membentuk mineral karbonat. Sebenarnya reaksi ini secara alami sudah berlangsung, namun diperlukan waktu yang lama sekali untuk dapat terjadinya reaksi antara gas CO2 di atmosfer dengan batuan ofiolit. Oleh karena itu pada saat ini berbagai ahli sedang melakukan penelitian untuk mempercepat proses reaksi tersebut (Bachri, 2008; 2010).

            Dalam penentuan yang lebih efektif, perlu mempertimbangkan keseimbangan antara kapasitas penyimpanan, keamanan, biaya, dan dampak lingkungan dari setiap metode. Tidak ada jawaban yang satu ukuran cocok untuk semua, karena efektivitasnya akan bervariasi tergantung pada kondisi lokal dan tujuan mitigasi emisi CO2 yang ditetapkan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh berdasarkan faktor-faktor tersebut sebelum memilih metode yang paling sesuai dalam konteks tertentu.


Carbon capture and storage (CCS) telah diterapkan dalam industri:

1. Pabrik semen, digunakan untuk mengurangi emisi CO2 dari proses penggilingan dan pembakaran.

2. Industri Petrokimia, digunakan untuk mengurangi emisi CO2 dari proses pengolahan dan pemurnian.

3. Industri Minyak dan Gas, digunakan untuk mengurangi emisi CO2 dari proses produksi dan pengolahan.

Dalam setiap industri tersebut, CCS digunakan untuk mengurangi emisi CO2 dan membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Untuk mengurangi emisi CO2, CCS melibatkan proses penangkapan, transportasi, dan penyimpanan karbon. Penangkapan melibatkan pemisahan CO2 dari gas buang, transportasi melibatkan pengangkutan gas CO2 ke lokasi penyimpanan, dan penyimpanan melibatkan pemindahan CO2 ke bawah permukaan bumi atau lapisan batuan. Setelah CO2 disimpan melalui proses penangkapan, transportasi, dan penyimpanan karbon (CCS), langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa CO2 tersebut tetap terisolasi dari atmosfer untuk mencegah dampaknya terhadap perubahan iklim.

Walaupun begitu CCS memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kelebihannya antara lain:

1. CCS membantu mengurangi emisi CO2 dari sumber-sumber emisi, yang berperan dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

2. CCS membantu mempertahankan penggunaan sumber daya energi fosil dalam mix pembangkit listrik atau pabrik besar, yang membantu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.

3. Pengembangan dan implementasi CCS memacu inovasi dalam teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, yang membuka peluang untuk pengembangan solusi yang lebih efisien dan ekonomis.

Dibalik kelebihannya, CCS juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

1. CCS dikendalikan sebagai proses yang relatif mahal, yang membuatnya tidak ekonomis untuk beberapa industri.

2. CCS hanya mengurangi emisi CO2 dari sumber-sumber emisi terpisah, yang tidak mengurangi emisi yang disumbang oleh penggunaan bahan bakar fosil lainnya.

3. Proses penangkapan CO2 dari gas buang memerlukan energi yang cukup besar, yang dapat meningkatkan emisi jika energi yang digunakan berasal dari sumber daya fosil.

            CCS merupakan teknologi yang digunakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca CO2 ke atmosfer. Dengan menangkap CO2 dari sumber-sumber besar emisi, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara dan industri, serta menyimpannya di bawah permukaan bumi, CCS dapat membantu mengurangi kontribusi manusia terhadap perubahan iklim. Proses CCS melibatkan tiga tahap utama, penangkapan CO2 dari gas buang, transportasi CO2 ke lokasi penyimpanan, dan penyimpanan CO2 di bawah permukaan bumi atau dalam formasi batuan yang cocok. Ini adalah pendekatan yang komprehensif untuk mengelola emisi CO2.

Implementasi CCS memerlukan pengembangan infrastruktur yang besar, termasuk instalasi penangkapan CO2, jaringan pipa untuk transportasi CO2, dan fasilitas penyimpanan. Investasi dalam infrastruktur ini merupakan bagian penting dari penerapan CCS secara luas. Dengan pengembangan teknologi, peningkatan infrastruktur, serta dukungan kebijakan yang tepat, CCS memiliki potensi untuk berkontribusi secara signifikan dalam upaya global untuk mengurangi emisi CO2 dan memperlambat laju perubahan iklim. Namun, kesuksesannya akan sangat tergantung pada implementasi yang efektif dan berkelanjutan di seluruh dunia. 

Share:

RAPAT KERJA TERBUKA HMTK FT UNS PERIODE 2024

Rapat Kerja Terbuka (RKT) HMTK FT UNS diadakan pada hari  Minggu, 10 Maret 2024. Rapat ini diadakan secara hybrid di Ruang Sidang Utama gedung 3 Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan melalui zoom. Acara ini dihadiri oleh 90 orang pengurus HMTK, anggota HMTK dan demisioner HMTK FT UNS, dengan total 104 peserta RKT yang ikut dalam forum. Acara ini telah dibuka pada pukul 09:19 WIB dan ditutup pada pukul 17:00 WIB oleh Pembawa acara Nesya Najma Anjani Teknik Kimia angkatan 2023. Acara ini diawali dengan penayangan safety induction, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Teknik Kimia.

Acara ini dipimpin oleh Muhammad Rizqi selaku Ketua Umum HMTK FT UNS Periode 2024,  dengan dibagi menjadi beberapa sesi yang diawali dengan pembahasan visi-misi dan BSO oleh ketua umum  setiap bidang. Dilanjutkan dengan pemaparan program kerja dan non program kerja  masing-masing bidang, mulai dari sekretaris, bendahara, PMB, POSDM, Akademis, Medinfo, Humas, Ecodays, Chem-E-car, dan KWU. Pada rapat ini anggota HMTK, demisioner memberikan kritik dan saran pada program kerja masing-masing bidang, sesi memberi kritik dan saran tersebut telah diterima dengan baik dan berjalan dengan lancar. Acara ini ditutup dengan sesi dokumentasi bersama.

Dengan diselenggarakan Rapat Kerja Terbuka, diharapkan dapat menjadi sarana dalam membahas dan menetapkan program kerja, juga sebagai sarana bagi anggota HMTK untuk menyalurkan kritik dan saran terkait program kerja HMTK yang akan berjalan.



Share:

PELATIHAN ADMINISTRASI HMTK FT UNS 2024


Pada hari Sabtu, 2 Maret 2024, HMTK FT UNS menggelar acara pelatihan administrasi. Pelatihan administrasi ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh HMTK FT UNS yang ditujukan kepada seluruh pengurus HMTK FT UNS dan BSO HMTK FT UNS untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai keadministrasian yang berguna untuk membantu menjalankan program kerja. Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang 1313 dan 1314 Gedung 1 Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Acara ini dihadiri oleh pengurus HMTK FT UNS Periode 2024 dan Badan Semi Otonom HMTK FT UNS. 


Acara dibuka oleh MC Anandya Fatin Nabila dan Vanesa Saghita Putridan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh sekretaris HMTK FT UNS dan pelatihan mailings surat oleh sekretaris 1 dan sekretaris 3 HMT FT UNS. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh bendahara dan pelatihan Microsoft Excel untuk membuat RAB oleh bendahara umum HMTK FT UNS. Acara selanjutnya yaitu sesi tanya jawab dan dilanjutkan dengan pengerjaan kuis oleh para peserta pelatihan administrasi. Hal ini dilakukan untuk menguji pemahaman dan kompetensi peserta pelatihan administrasi. Acara berakhir dengan sesi dokumentasi dan penutupan oleh panitia.


Pelatihan Administrasi untuk seluruh pengurus HMTK FT UNS dan BSO HMTK FT UNS diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai keadministrasian sekretaris dan bendahara demi kelancaran program kerja HMTK FT UNS serta memperbarui atau menambah hardskill dari peserta Pelatihan Administrasi.

Share:

[PRESS RELEASE} Pelantikan Pengurus HMTK 2024

 

Pada hari Minggu, 3 Maret 2024, Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia FT UNS telah menyelenggarakan kegiatan “Pelantikan Pengurus HMTK FT UNS Periode 2024” yang bertempat di Ruang Multimedia (RMM) Gedung 4 Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Acara ini dihadiri oleh calon pengurus HMTK FT UNS Periode 2024, perwakilan BEM FT UNS, perwakilan Ormawa HMPWK, perwakilan HMA, perwakilan Ormawa Ajusta Brata, dan Mahasiswa S-1 Teknik Kimia UNS. Acara dibuka oleh Angelina Putri Jehovani selaku MC pada pukul 09.00 WIB.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pemutaran lagu Indonesia Raya dan Mars HMTK. Rangkaian acara selanjutnya adalah sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Muhammad Ghozy Izzulhaq selaku Ketua Umum HMTK FT UNS Periode 2023 berupa ucapan selamat atas dilantiknya pengurus HMTK Periode 2024 dan juga motivasi untuk kepengurusan HMTK satu periode kedepan. Dilanjutkan dengan sambutan kedua oleh Kepala Program Studi S-1 Teknik Kimia yang berisi ucapan terima kasih kepada kepengurusan HMTK periode sebelumnya dan ucapan selamat atas dilantiknya kepengurusan HMTK Periode 2024.

Acara selanjutnya yaitu serah terima jabatan dari Muhammad Ghozy Izzulhaq kepada Muhammad Rizqi selaku Ketua Umum HMTK FT UNS Periode 2024 dan dilanjutkan dengan penyampaian kesan dan pesan. Berikutnya adalah pelantikan Ketua Umum HMTK FT UNS Periode 2024 oleh Presiden BEM FT UNS 2024 yaitu Muhammad Hafizh Fatihurrizqi. Kemudian, diteruskan dengan pembacaan SK Pelantikan Pengurus oleh Ketua Umum HMTK FT UNS Periode 2024. Dengan dibacakannya SK Pelantikan Pengurus ini, maka telah resmi dilantiknya 97 pengurus HMTK FT UNS Periode 2024. Rangkaian acara selanjutnya adalah pembacaan sumpah dan janji pengurus HMTK FT UNS Periode 2024 oleh Ketua Umum HMTK FT UNS Periode 2024, diikuti oleh semua pengurus HMTK FT UNS Periode  2024. 

Selanjutnya adalah pembacaan berita acara Pelantikan Pengurus HMTK Periode 2024 dan dilanjutkan sambutan oleh Ketua Umum HMTK FT UNS Periode 2024. Kemudian, acara berikutnya adalah pembacaan doa yang dipimpin oleh Syaamil Muhammad Abdurrahman. Rangkaian acara terakhir adalah penutupan dan sesi dokumentasi.

Dengan dilantiknya pengurus HMTK FT UNS Periode 2024, diharapkan pengurus yang baru akan membawa keberlanjutan HMTK menjadi lebih baik lagi dan memberi manfaat lebih banyak terhadap Program Studi S-1 Teknik Kimia FT UNS, baik mahasiswa, alumni, maupun masyarakat umum. Dengan adanya HMTK periode 2024, diharapkan dapat memaksimalkan perannya menjadi wadah bagi mahasiswa S-1 Teknik Kimia FT UNS dalam menyalurkan minat, bakat, soft skill, serta meningkatkan pengalaman berorganisasi. 

Share:

[PRESS RELEASE] Wisuda Prodi Februari 2024

Wisuda Prodi Februari 2024 dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Februari 2024 pada pukul 14.30 s.d. 16.15 WIB secara luring di Ruang Sidang Utama Gedung 3 Fakultas Teknik UNS. Acara ini dihadiri oleh Kepala Program Studi, 5 Wisudawan, 64 pengurus HMTK FT UNS, dan 56 Mahasiswa Aktif S-1 Teknik Kimia dari angkatan 2019 – 2023. Acara ini dibuka oleh MC yaitu Qonitah Naufal Dahbul, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars HMTK.

Acara selanjutnya yaitu sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Pelaksana Wisuda Prodi Periode Februari, Akmal Mazid Abdullah, dan dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Program Studi S-1 Teknik Kimia, Dr. Joko Waluyo, S.T., M.T. Sambutan yang terakhir disampaikan oleh perwakilan Wisudawan, Achmad Tegar Romadhoni, S.T. Acara selanjutnya adalah acara inti yaitu pelepasan wisudawan yang dipandu oleh MC dan Kaprodi. Wisudawan pada periode ini berjumlah 5 orang, yaitu Achmad Tegar Romadhoni, S.T., Agnestasia Milenia Putri Kurniawan, S.T., Indhira Sukma Maharani, S.T., Khoirunnisa Utami, S.T., dan Nur Isnaeni, S.T.

Setelah pelepasan wisudawan, acara dilanjutkan dengan pemberian kesan dan pesan dari setiap angkatan. Angkatan 2023 diwakilkan oleh Antonius Dari Padua Nathanael Suluh, angkatan 2022 diwakilkan oleh Fidela Rasendriya, angkatan 2021 diwakilkan oleh Fachri Candra Abimanyu, dan angkatan 2020 diwakilkan oleh Ibnu Tryansar. Acara selanjutnya, yaitu persembahan dari SOC lalu dilanjutkan sesi dokumentasi dan ditutup dengan pembacaan doa.

Dengan adanya Wisuda Prodi Februari 2024 ini, diharapkan dapat menjadi bentuk apresiasi kepada para wisudawan yang telah menyelesaikan program studi S1 Teknik Kimia UNS. Semoga para wisudawan dapat mencapai apa yang diharapkan.

Share:

Postingan Populer

Arsip Blog