BUTENA EDISI 11: Tips Menaklukan UAS



Sebentar lagi UAS !? Jangan Khawatir, gunakan cara ampuh berikut in!
Hallo para mahasiswa yang sedang berbahagia karena sebentar lagi libur panjang, tentunya SETELAH UAS atau Ujian Akhir Semester selesai ya. Lagi bingung nih gimana cara menaklukan UAS agar dapat nilai bagus!? Jangan khawatir, gunakan cara ampuh berikut in!
1. Periksa Kembali Catatanmu
Lengkapilah catatan yang belum sempurna. Apabila catatanmu berantakan, carilah temanmu yang rajin mencatat materi perkuliahan dengan rapi dan fotocopy catatannya.
2. Membuat Kelompok Belajar
 Cari teman yang paham dengan materi. Belajar kelompok sebaiknya dari jauh hari karena nantinya akan banyak teman yang memilih untuk belajar sendiri dan tidak ingin di ganggu. Makadari itu, yuk dimulai dari sekarang!
3. Pahami Tipe Soal Dosenmu
Khusus mahasiswa baru bisa banget nih untuk bertanya-tanya pada kakak tingkat bagaimana tipe soal-soal dosenmu seperti sumber soal dan kumpulan soal tahun lalu. Nah , pelajarilah itu dan jangan lupa berlatih soal yang ada didalamnya.
4.  Review Materi
Jelas ini perlu dilakukan ,yaitu mempelajari materi. Dari dosen Selain itu, menjelang UAS dosen memberikan kesempatan emas untuk kita bertanya akan materi yang begitu sulit untuk dipahami. Nah, jangan disia-siakan ya momen itu!
5. Berlatih Soal
Ini sangatwajib diterapkan karena dengan berlatih soal membuat kita terbiasa dalam memahami soal sehingga lebih mudah dan cepat saat mengerjakan soal.
6. Berdoa
Harus !!! Sebelum mengerjakan soal ujian alangkah baiknya kita berdoa. Memohon kepada Tuhan supaya kita dimudahkan dalam berpikir untuk mencari jawaban dan di berikan hasil yang terbaik. 
7. Kerjakan Dulu Soal yang Lebih Mudah
Kerjakanlah soal-soal yang mudah terlebih dahulu, jangan terpaku pada soal yang  susah, karena waktumu hanya akan habis untuk mencari jawaban yang belum pasti. Setelah soal-soal yang mudah sudah terisi, lanjutkan ke soal yang sulit.
Itulah beberapa cara ampuh agar bisa menaklukan UAS. Jangan lupa di terapkan karena sejatinya usaha tidak akan pernah menghianati hasil.

 Sumber: seputarfib.undip.ac.id[\
Share:

GEMA MELODI TEKNIK 2019




Gemma Melodi Teknik 2019 merupakan sebuah acara yang dilaksanakan guna untuk menujukkan dan mengembangkan minat dan bakat mahasiswa maupun mahasiswi dalam ruang lingkup Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Agenda acara ini juga berguna untuk meningkatkan rasa solidaritas, kebersamaan, kekeluargaan dan persaudaraan antar jurusan dalam Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
            Kegiatan Gemma Melodi Teknik 2019 ini dilaksanakan pada Sabtu, 30 November 2019 pada pukul 18.30 – 21.30. Bertempat di Palur Plasa di Jl. Solo-Sragen Km.1, Banaran, Ngringo, Kec. Jaten, Karanganyar. Acara tepatnya diadakan di lantai 2 bagian foodcourt dengan tema “A Carnaval Wonders”.
Mahasiswa-mahasiswa Fakultas Teknik UNS yang berasal dari berbagai daerah dan suku bangsa saat ini sudah dipersatukan dalam satu almamater, yaitu almamater Universitas Sebelas Maret. Perbedaan ini dapat memunculkan rasa kurang kenal antara satu mahasiswa dengan yang lain. Salah satu kunci agar mahasiswa maju dan berkembang adalah mempunyai kemampuan untuk bekerja sama membangun teamwork ataupun jaringan yang baik dengan berbagai pihak maupun berbagai kalangan. Dalam kegiatan ini, ditimbulkanlah rasa mengenal antara mahasiswa melewati acara musik. Pendekatan yang dilakukan dengan cara melalui hiburan musik yang membuat mahasiswa dapat saling mengenal walaupun dari bagian prodi yang berbeda.
Gema Melodi Teknik adalah acara dari bidang PMB HMTK FT UNS 2019 yang baru dilaksanakan pada periode 2019 ini. Meskipun acara baru, nyatanya acara musik ini berjalan dengan baik dan diminati oleh mahasiswa FT UNS. Beberapa grup musik yang tampil di GMT antara lain: Kacoustic, Paguphon, MIE, Plankustik, m.ars, Badman Music, Trevati, Bandwith, dan SOC.




Share:

BUTENA EDISI 10: Kita, Batubara & Polusi Udara

             



       Saat ini terdapat puluhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara tersebar dan beroperasi di Indonesia, melepaskan jutaan ton polusi setiap tahunnya. Dari waktu ke waktu PLTU-PLTU tersebut mengotori udara kita dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik, kadmiun dan partikel halus namun beracun, yang telah menyusup ke dalam paru-paru masyarakat.

Polusi udara adalah pembunuh senyap, menyebabkan 3 juta kematian dini (premature death) di seluruh dunia, di mana pembakaran Batubara adalah salah satu kontributor terbesar polusi ini. Polusi udara menyebabkan peningkatan risiko kanker paru-paru, stroke, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan.

BATUBARA:
ANGKA DAN DATA

1.        Indonesia hanya memiliki 3% cadangan Batubara dunia. Namun, eksplorasi Batubara terus menerus dilakukan. Saat ini Indonesia merupakan negara nomor satu pengekspor Batubara di dunia, melampaui Australia.
2.        Meskipun Indonesia sebagai negara pengekspor Batubara terbesar di dunia, nyatanya masih terdapat sekitar 20% masyarakat Indonesia belum mendapatkan akses listrik dari negara. 2 Mereka adalah rakyat Indonesia yang tinggal di pedalaman, tempat-tempat terpencil dan ratusan pulau-pulau kecil di pelosok nusantara.
3.        Meskipun pertumbuhannya sangat pesat, ternyata industri Batubara hanya menyumbang 4% dari produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Data ini mematahkan argumen pemerintah, bahwa industri Batubara merupakan salah satu penyokong perekonomian Indonesia.
4.        Penambangan Batubara menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terhadap tanah, sumber air, udara dan juga membahayakan kesehatan, keamanan dan penghidupan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pertambangan. Menurut studi yang dilakukan Greenpeace Indonesia pada 2014 lalu, sepanjang 3000 km atau sebanyak 45% sungai di Kalimantan Selatan berpotensi tercemar limbah berbahaya dari konsesi tambang.

5.        Badan Energi Internasional (IEA) mengungkapkan bahan bakar fosil Batubara menyumbang 44% dari total emisi CO2 global. Pembakaran Batubara adalah sumber terbesar emisi gas GHG (green house gas), yang memicu perubahan iklim.
6.     Batubara yang dibakar di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memancarkan sejumlah polutan seperti NOx dan SO2, kontributor utama dalam pembentukan hujan asam dan polusi PM2.5. Masyarakat ilmiah dan medis telah mengungkap bahaya kesehatan akibat partikel halus (PM2.5) dari emisi udara tersebut. PLTU Batubara juga memancarkan bahan kimia berbahaya dan mematikan seperti merkuri dan arsen.
7.         Partikel-partikel polutan yang sangat berbahaya tersebut, saat ini mengakibatkan kematian dini sekitar 6.500 jiwa per tahun di Indonesia. Estimasi yang dilakukan Universitas Harvard dalam laporan Greenpeace Indonesia 2015, menunjukan Penyebab utama dari kematian dini termasuk stroke (2.700), penyakit jantung iskemik (2.300), kanker paru-paru (300), penyakit paru obstruktif kronik (400), serta penyakit pernafasan dan kardiovaskular lainnya (800). Estimasi angka tersebut diperkirakan akan melonjak menjadi sekitar 15.700 jiwa/tahun seiring dengan rencana pembangunan PLTU Batubara baru.

Di berbagai negara, Batubara mulai kehilangan popularitasnya. Warisan kotor abad ini telah gagal dalam menghadapi efisiensi energi yang bertumbuh, bukti-bukti dampak pencermaran, semakin terjangkaunya energi terbarukan serta munculnya perlawanan masyarakat di banyak negara. Sebagai contoh, sebanyak 200 PLTU batu bara di Amerika Serikat telah dijadwalkan untuk ditutup. Pada periode yang sama ketika sebanyak 82.5 gigawatt energi dari sumber batu bara dibatalkan. Amerika Serikat menambahkan 46 gigawatt energi terbarukan dari angin, matahari, dan teknologi panas bumi.

Meski demikian, pemerintah Indonesia tetap berencana menambah puluhan PLTU Batubara baru. Jika rencana tersebut terwujud, korban kematian dini dapat bertambah hingga 15.700 jiwa/tahun di Indonesia dan estimasi total 21.200 jiwa/tahun termasuk di luar Indonesia. Kematian dini tersebut disebabkan peningkatan resiko penyakit kronis pada orang dewasa dan infeksi saluran pernapasan akut pada anak akibat paparan partikel halus beracun dari pembakaran Batubara.

Sumber : Riset Dampak PLTU Batubara oleh Tim Peneliti Universitas Harvard - Atmospheric Chemistry Modeling Group (ACMG) dan Greenpeace Indonesia

Share:

Postingan Populer

Arsip Blog