BUTENA EDISI VIII : PLTN dan Perkembangannya di Indonesia

PLTN dan Perkembangannya di Indonesia

Sobat Tekkimers, saat mendengar kata nuklir, pasti akan terlintas dalam pikiran sebuah kekuatan besar yang sangat tidak stabil, menghasilkan ledakan besar yang menimbulkan radiasi berbahaya seperti di Chernobyl (Ukraina) dan Three Mile Island (USA), atau sebuah senjata peperangan mematikan seperti halnya bom Hiroshima dan Nagasaki. Ya, kurang lebih seperti ini :

Tentu saja hal tersebut sangat membuat masyarakat ketakutan untuk sekadar mendengar bahwa nuklir berada di sekitarnya dan bisa meledak kapan saja. Hal ini menjadi sebuah topik pembicaraan yang turun-temurun diwariskan dan membuat pandangan masyarakat terhadap nuklir kian memburuk. Padahal hal tersebut sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan saat ini jika dijadikan sebagai bayangan yang suram dari penggunaan teknologi nuklir.

Bahan bakar yang dipakai baik untuk senjata maupun sebuah reaktor itu bisa jadi sama yaitu berasal dari bahan nuklir, tetapi sangat berbeda jika ditinjau antara senjata nuklir dengan sebuah reaktor (Permana, 2005). Tidak hanya dari tujuan dibangunnya saja, tetapi juga secara teknis, teknologi, dan pengembangannya pun berbeda. Energi nuklir yang dihasilkan dari sebuah reaktor nuklir dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik (PLTN) yang bisa menjadi kontributor kompetitif dengan sumber energi listrik lainnya seperti batu bara, minyak, gas, air dan lainnya.

Pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk pembangkit listrik. Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sendiri adalah sebuah pembangkit daya termal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yakni menggunakan uap bertekanan tinggi. Perbedaannya adalah pada sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan uap. Sumber panas untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi menggunakan uranium. Reaksi pembelahan (fisi) inti uranium dalam suatu reaktor nuklir inilah yang menghasilkan energi panas yang sangat besar.  Reaksi fisi nuklir dibuat dengan menembakkan partikel neutron ke suatu bahan fisil seperti uranium-235 atau plutonium-239. Menurut World Nuclear Association, panas yang dihasilkan dari reaksi tersebut juga sangat besar lho! 1 kg uranium (U) saja dapat menghasilkan energi setara dengan 20.000 kg batubara atau 10.000 kg minyak bumi. Panas tersebut dipindahkan dengan perantara air yang disirkulasikan secara terus-menerus selama PLTN beroperasi. Nah, uap air yang dihasilkan dari panas itu lah yang selanjutnya digunakan untuk menggerakkan turbin generator sebagai pembangkit tenaga listrik.

Menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional, proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu yang mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang berbahaya seperti CO2, SO2, dan NOx ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Menurut World Nuclear Association, sekitar 27 ton bahan bakar bekas yang diambil setiap tahun dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir 1000 MWe sangat radioaktif dan mengeluarkan banyak panas. Beberapa diproses ulang sehingga 97% dari 27 ton didaur ulang. Sisanya 3% (700 kg) adalah limbah radioaktif tingkat tinggi yang berpotensi berbahaya dan perlu diisolasi dari lingkungan untuk waktu yang sangat lama (walaupun tingkat bahayanya berkurang bahkan dalam beberapa dekade). Namun, jumlahnya yang sedikit membuatnya mudah dikelola. Salah satu prosedur pembuangan limbah bahan bakar nuklir adalah dengan menguburnya di lubang yang sangat dalam yang mana tak mungkin bagi sembarang orang untuk dapat menyentuhnya. Jadi, keselamatan masyarakat dari bahaya paparan radioaktif seharusnya tidak lagi menjadi isu yang besar.

Meskipun PLTN memiliki beberapa keunggulan seperti yang telah disebutkan, sampai sekarang belum ada satu pun PLTN yang dibangun di Indonesia. Padahal, Indonesia merupakan negara Asia Tenggara pertama yang memasuki era nuklir. Hal itu ditandai dengan diresmikannya pengoperasian reaktor nuklir pertama di Bandung pada 28 Februari 1965 oleh Presiden Soekarno. Dari awal tahun 1970-an perencanaan secara serius pembangunan PLTN juga telah dilakukan dengan pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2 PLTN). Dikutip dari www.batan.go.id, tugas komisi ini adalah melakukan kajian tentang hal-hal yang terkait dengan kemungkinan pembangunan PLTN di Indonesia. Hasil kerja komisi diantaranya adalah menetapkan sekitar 14 lokasi yang diusulkan kepada pemerintah untuk dilakukan studi lebih lanjut sebagai calon tapak PLTN. Usulan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan studi kelayakan oleh Badan Tenaga Atom Nasional (sekarang menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional) bekerja sama dengan pemerintah Italia, Amerika, Perancis dan International Atomic Agency (IAEA), yang dilakukan hingga tahun 1986. 

Dalam perkembangannya, pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan tenaga nuklir mencatat berbagai kemajuan, seperti terbangunnya Reaktor Kartini di Yogyakarta (1979) dan Reaktor Serbaguna Siwabessy di Serpong (1987). Pada tahun 1987, Indonesia telah memiliki tiga reaktor nuklir non-PLTN. Akan tetapi, dengan adanya krisis moneter pada tahun 1997 yang diikuti dengan krisis politik, mengakibatkan keterpurukan di semua sektor termasuk sektor kelistrikan. Akibatnya banyak industri yang berhenti beroperasi dan juga konsumsi terhadap listrik pun menurun.


Menurut Bastori dan Birmano (2017), saat ini Indonesia sedang berencana untuk membangun PLTN pertama. Menurut studi terakhir yang dilakukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), PLTN akan mulai beroperasi pada tahun 2027. Sementara itu, studi yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PLTN baru akan beroperasi masuk jaringan Jawa-Bali pada tahun 2030. Saat ini ada 3 kelompok yang sedang mengembangkan desain PLTN buatan sendiri dan bekerja sama dengan negara lain. Kelompok tersebut adalah Kelompok BATAN tipe High Temperature Gas Reactor (HTGR) yang dipimpin oleh Geni Rina Sunaryo sebagai Kepala Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir BATAN (2014-2019). Proyek ini bekerja sama dengan Jerman, Rusia, secara turnkey. Rencananya, reaktor ini menghasilkan daya 10 MWe, berlokasi di Serpong.

BATAN juga memutuskan untuk mendesain sendiri reaktor nuklir generasi keempat karena mahalnya harga reaktor yang ditawarkan oleh negara produsen. Reaktor ini juga sangat cocok diterapkan dalam pembangunan PLTN di Indonesia. Terlebih juga, sudah dilakukan studi terkait di mana saja lokasi yang aman untuk mendirikan PLTN. Sudah dilakukan studi di Bangka dan Semenanjung Muria, Jepara, serta di Kalimantan Barat. Dari studi tersebut, PLTN dinilai layak dibangun di Bangka. Kelompok kedua dari BATAN juga sedang menyusun program pembangunan PLTN di Kalimantan Barat. Proyek ini sudah masuk dalam PRN (Prioritas Riset Nasional) 2020-2024. Saat ini juga BATAN tengah menyelesaikan studi tapak, yang ditargetkan rampung pada 2024.

Pasokan uranium direncanakan berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (impor). Hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh Pusat Pengembangan Geologi Nuklir (PPGN) - BATAN menunjukkan bahwa Indonesia memiliki cadangan uranium sekitar 70.000 ton dan tersebar di berbagai daerah. Cadangan sebesar ini merupakan aset yang berharga bagi negara dalam rangka untuk mengembangkan PLTN di masa depan.

PLTN bisa menjadi sebuah langkah untuk memenuhi kebutuhan listrik negara sekaligus mendukung upaya bebas emisi dari gas-gas rumah kaca. Penggunaan bahan bakar pada PLTN juga jauh lebih efisien daripada pembangkit listrik yang lain. Tentunya dibutuhkan juga SDM yang mumpuni untuk dapat mengelolanya. Sampai sekarang Indonesia masih belum memiliki PLTN sendiri. Hal tersebut mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi politik, geografi, geologi, ekonomi, SDM, SDA, kontra dari berbagai pihak, infrastruktur, dll. Namun, sepertinya pemerintah sekarang tengah merencanakan untuk membangun PLTN di sejumlah titik di Indonesia. Apakah rencana pemerintah tersebut akan berjalan dengan lancar?

Sobat Tekkimers... Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga apa yang kami tulis bisa bermanfaat dan menambah wawasan. Terima kasih...

REFERENSI

Bastori, I., & Birmano, M. (2017). Analisis Ketersediaan Uranium di Indonesia untuk Kebutuhan PLTN Tipe PWR 1000 MWe. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, 19(2), 95-102.

Permana, S. (2005). Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan. Majalah INOVASI, 22.

Sumber website :

http://www.batan.go.id/

https://www.world-nuclear.org/

https://www.cnbcindonesia.com/

https://www.beritasatu.com/opini/


Share:

[PRESS RELEASE] : Wisuda Prodi Periode Oktober 2021

 Wisuda Prodi Periode Oktober 2021

Telah dilaksanakan Wisuda Prodi Periode Oktober 2021 pada hari Jumat, 22 Oktober 2021, pukul 15.15 s.d. 16.13 WIB. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting. Acara ini dihadiri oleh Kaprodi, para wisudawan, beberapa dosen Teknik Kimia UNS, dan mahasiswa Teknik Kimia dari angkatan 2016 – 2021. Acara ini dimoderatori oleh Dhita Ayu Pramesthi (Teknik Kimia 2020).

Acara Wisuda Prodi diawali dengan pembukaan oleh moderator, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars HMTK. Kemudian dilanjutkan penyampaian sambutan yang pertama oleh Nikmal Kevin Witjaksono selaku Ketua Umum HMTK FT UNS 2021 dan dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan wisudawan, Reynaldi Virgiawan, S.T. Sambutan yang terakhir disampaikan oleh Dr. Adrian Nur, S.T., M.T. selaku Kaprodi S-1 Teknik Kimia.

Acara selanjutnya adalah acara inti, yaitu pelepasan wisudawan yang dipandu oleh MC dan Kaprodi. Wisudawan Periode Oktober 2021 berjumlah 17 orang, yaitu: 

1. Aji Putra Perkasa, S.T. 

2. Henry Alvin Sebastian Lomi, S.T. 

3. Adistya Hilga Pratiwi Aprilia, S.T. 

4. Ahmad Jihad, S.T. 

5. Ajeng Arthaningrum, S.T. 

6. Annisa Yustika Mulya Putri, S.T. 

7. Ayu Mustika Wijaya, S.T.

8. Diajeng Linggar Ratieh Putri Cipto, S.T. 

9. Dwi Bagas Ongko Widodo, S.T. 

10. Hafid Khusyaeri, S.T. 

11. Hartika Rahma Putri, S.T. 

12. Indah Dwi Handayani, S.T. 

13. Reynaldi Virgiawan Rifki Pradana, S.T. 

14. Sonia Waluya, S.T. 

15. Valiana Mugi Rahayu, S.T. 

16. Yohanita Restu Widihastuty, S.T. 

17. Yusuf Ammar, S.T.

Setelah pelepasan wisudawan, dilanjutkan dengan acara persembahan dari HMTK untuk para wisudawan. HMTK mempersembahkan sebuah video yang berisi kilas balik perjuangan para wisudawan. Acara dilanjutkan dengan pemberian kesan dan pesan dari setiap angkatan. Angkatan 2020 diwakilkan oleh Pratama Vhaliha Shihabuddin, angkatan 2019 diwakilkan oleh Handhianto Mustofa, dan angkatan 2018 diwakilkan oleh Ihza Aulia Alfarisi. Kemudian para wisudawan juga memberikan pesan untuk adik tingkatnya yaitu dari mas Hafid Khusyaeri. Acara selanjutnya yaitu sesi dokumentasi dan penutup dengan membaca doa.

Dilaksanakannya Wisuda Prodi Periode Oktober 2021 ini bertujuan untuk memberikan sambutan dan apresiasi kepada para wisudawan yang telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di Teknik Kimia UNS.


Share:

[PRESS RELEASE] Kuliah Umum III HMTK FT UNS

KULIAH UMUM III


Kuliah Umum III dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 Oktober 2021. Acara yang diselenggarakan melalui platform Zoom Meeting ini dimulai pada pukul 08.00 WIB hingga 09.30 WIB. Kuliah Umum III yang dimoderatori oleh Genta Huda Fauzan ini membahas mengenai “Prospek Kerja dan Pengenalan Pabrik”. Kuliah Umum III yang dibawakan oleh Mas Edwin Budi Setiawan yang bekerja sebagai RnD Packaging Executive di PT Nutrifood Indonesia ini dihadiri oleh 156 Peserta.

Rangkaian acara pada Kuliah Umum III dimulai dengan pembukaan oleh moderator, setelah itu pemaparan materi oleh pembicara, sesi tanya jawab, dan dilanjut post test. Acara selanjutnya yaitu ice breaking peserta dan yang terakhir penutupan oleh moderator.


Materi yang disampaikan di Kuliah Umum III berisi penjelasan mengenai pengertian teknik kimia, tugas utama seorang teknik kimia, prospek kerja teknik kimia, serta tips dan trik bagi para lulusan teknik kimia.

Dengan adanya Kuliah Umum III ini, diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang teknik kimia dan prospeknya yang sangat luas, sehingga dapat membantu mahasiswa untuk merencanakan karir di masa depan.


Share:

Postingan Populer

Arsip Blog