SOLO - Batik tampil lebih menarik dengan berbagai
corak dan warna. Sayangnya, masih banyak pembuat batik menggunakan
pewarna sintetis yang cenderung mencemari lingkungan.
Untuk mengurangi pencemaran tersebut, mahasiswa Fakultas Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berinisiatif membuat pewarna batik alami. Bahan bakunya, buah bakau (mangrove) spesies Rhizopora mucranata.
Ketua Pusat Studi Zat Pewarna UNS Paryanto menjelaskan, buah mangrove memiliki kandungan tanin sekira 22 persen. Namun dalam penelitian ini hanya diambil sekira enam persen.
"Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah semua tanin bisa diambil untuk dijadikan pewarna alami," ungkap Paryanto di Solo, Jawa Tengah.
Proyek pembuatan pewarna alami dari mangrove ini melibatkan tiga mahasiswa Teknik Kimia UNS angkatan 2010. Mereka adalah Amirza Rahmana Prabowo, Jagis Rama Wijaya dan Josita Kusumadewi.
Ketiganya tertarik meneliti mangrove ketika praktik di Bontang, Kalimantan Timur, dan melihat persediaan buah ini begitu melimpah. Diperkirakan, Indonesia menjadi rumah bagi sekira 64 spesies mangrove.
Untuk membuat pewarna alami dari mangrove, kita perlu merebus buah mangrove yang sudah dipotong-potong dan dikeringkan. Setelah menjadi ekstrak, hasilnya akan ditampung dalam tangki penyimpanan.
"Tahap pembuatan bubuk dilakukan dengan mengurangi kadar air hingga sepertiga volumenya dari total awal. Kemudian, materi tersebut dimasukkan ke dalam mesin spray dryer untuk dikeringkan sampai menjadi bubuk," tutur Amirza.
Bentuk bubuk dipilih karena lebih tahan lama. Selain itu, pewarna bubuk juga lebih mudah dipindahkan jika menggunakan pesawat. (rfa)
Untuk mengurangi pencemaran tersebut, mahasiswa Fakultas Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berinisiatif membuat pewarna batik alami. Bahan bakunya, buah bakau (mangrove) spesies Rhizopora mucranata.
Ketua Pusat Studi Zat Pewarna UNS Paryanto menjelaskan, buah mangrove memiliki kandungan tanin sekira 22 persen. Namun dalam penelitian ini hanya diambil sekira enam persen.
"Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah semua tanin bisa diambil untuk dijadikan pewarna alami," ungkap Paryanto di Solo, Jawa Tengah.
Proyek pembuatan pewarna alami dari mangrove ini melibatkan tiga mahasiswa Teknik Kimia UNS angkatan 2010. Mereka adalah Amirza Rahmana Prabowo, Jagis Rama Wijaya dan Josita Kusumadewi.
Ketiganya tertarik meneliti mangrove ketika praktik di Bontang, Kalimantan Timur, dan melihat persediaan buah ini begitu melimpah. Diperkirakan, Indonesia menjadi rumah bagi sekira 64 spesies mangrove.
Untuk membuat pewarna alami dari mangrove, kita perlu merebus buah mangrove yang sudah dipotong-potong dan dikeringkan. Setelah menjadi ekstrak, hasilnya akan ditampung dalam tangki penyimpanan.
"Tahap pembuatan bubuk dilakukan dengan mengurangi kadar air hingga sepertiga volumenya dari total awal. Kemudian, materi tersebut dimasukkan ke dalam mesin spray dryer untuk dikeringkan sampai menjadi bubuk," tutur Amirza.
Bentuk bubuk dipilih karena lebih tahan lama. Selain itu, pewarna bubuk juga lebih mudah dipindahkan jika menggunakan pesawat. (rfa)
(Sumber: okezone.com )