BUTENA Edisi 1: Kebakaran Tangki T-301 Pertamina

 

Pada Senin (29/03/2021) dini hari sekitar pukul 00.45 WIB, telah terjadi insiden kebakaran di Kilang Pertamina Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Kebakaran tersebut terjadi pada empat tangki, yaitu tangki T-301 H, T-301 G, T-301 E, dan T-301 F. Mengutip dari laman resmi Pertamina, Kilang VI Balongan adalah kilang keenam dari tujuh kilang Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero). Kegiatan bisnis utama di kilang ini adalah mengolah minyak mentah dari Duri dan Minas menjadi produk-produk BBM (Bahan Bakar Minyak), non BBM, dan petrokimia. Kilang Balongan ini mulai beroperasi pada tahun 1994 dan terletak di Indramayu, Jawa Barat.

Insiden kebakaran kilang ini mengakibatkan banyak korban diantaranya 15 orang mengalami luka ringan, 5 orang mengalami luka berat, dan 3 orang dinyatakan hilang. Tidak hanya itu, berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, 932 jiwa pun harus diungsikan karena terkena dampak kebakaran tersebut. Ratusan orang tersebut diungsikan di tiga tempat, yaitu Pendopo Kabupaten Indramayu 320 jiwa, GOR Bumi Patra 220 jiwa, dan Masjid Islamic Center Indramayu 392 jiwa. Sebanyak 1.078 pelanggan PLN juga mengalami gangguan dalam pasokan listrik.

Dikutip dari Kompas TV (29/03/2021), Ifky Sukarya, Corsec Subholding Refining & Petrochemical Pertamina menyebutkan kebakaran terjadi pada pukul 00.45 WIB saat terjadi hujan deras dan diduga petir menjadi penyebab kebakaran. Akan tetapi, alat monitoring lightining detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung tidak mendeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah kilang minyak Balongan, Indramayu, dari pukul 00.00 hingga pukul 02.00 WIB. Dugaan lain disebutkan oleh Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Barat, Inspektur Jenderal Ahmad Dofiri yang mendapatkan informasi bahwa ada rembesan atau kebocoran di pipa tangki yang terbakar. Namun hingga saat ini (3/4/2021), penyebab kebakaraan masih belum diketahui dan diperlukan penyelidikan lebih lanjut.

Kebocoran kilang menjadi hal yang harus diwaspadai karena dapat menimbulkan kebakaran yang memiliki dampak sangat besar. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk mencegah masalah yang timbul dari kebocoran. Langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu mengamati tanda-tanda kebocoran, antara lain genangan cairan, tetesan, cat atau sekat yang berubah warna, dan bau yang tidak biasa. Setelah merasakan tanda-tanda tersebut maka segera tindak lanjuti untuk memastikan kebocoran diperbaiki tepat waktu. Langkah selanjutnya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi material yang bocor dan mengikuti prosedur pabrik untuk memastikan keamanan hingga kebocoran dapat diperbaiki. Sebagai contoh, pastikan bahwa sumber penyulut dihilangkan jika bahan yang bocor mudah terbakar dan pasang tanda peringatan untuk memberitahu orang-orang dan diharapkan untuk menjauh. Untuk memperbaiki kebocoran, pipa atau tangki mungkin harus dikosongkan dan peralatan diisolasi dari area tersebut. Perlu juga dilakukan pemantauan kebocoran dari lokasi yang aman hingga perbaikan selesai.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dalam keterangan pers Senin pagi menyatakan bahwa pihaknya menghentikan operasi (normal shutdown) di lokasi kilang minyak tersebut sebagai antisipasi agar tidak menjalar ke area lain. “Jadi di sekitar tangki ini ada tanggul, api sudah bisa kita lokalisir di sana dan untuk pemadaman, kami gunakan foam ke perimeter bundwall dan pusat nyala api. Sehingga dengan demikian kita pastikan api tidak akan menjalar ke area lain dan kami juga lakukan pendinginan di area sekitar,” ujar Nicke. Untuk penanganan dari insiden ini, pihaknya mengoperasikan 10 mobil kebakaran dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Cirebon dan Indramayu.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Postingan Populer

Arsip Blog