[PRESS RELEASE] ARGENTA Edisi 2

 Pemindahan Ibu Kota Negara

ARGENTA atau Argumen Teknik Kimia pada edisi kedua membahas mengenai “Pemindahan Ibu Kota Negara”. Wawancara dilakukan dengan empat narasumber yaitu Naufal Agdiffa Sulistyawan (Mahasiswa S-1 Teknik Kimia angkatan 2022), Enrico Prananda Rayya (Mahasiswa S-1 Teknik Kimia angkatan 2021), Novan Aldian Rahmadan Putra (Mahasiswa S-1 Teknik Kimia angkatan 2020), dan Fahrul An’nas Al Kamal (Mahasiswa S-1 Teknik Kimia angkatan 2019). Pada kesempatan ini, para narasumber menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan dengan pendapat yang beragam. Berikut ulasan mengenai hasil wawancara yang telah dilakukan. 

Berbicara mengenai pemindahan Ibu Kota Negara (IKN), keempat narasumber setuju dengan usulan tersebut. Mengingat populasi Ibu Kota Jakarta saat ini sudah over capacity. Novan menambahkan, sampah yang dihasilkan dari kegiatan penduduk membuat kondisi lingkungan Ibu Kota Jakarta sangat memprihatinkan. Naufal juga berpendapat bahwa sistem transportasi dan kesejahteraan masyarakat di sana tidak tertata dengan baik. Ia menerangkan, 70% perputaran uang Indonesia berpusat di Jakarta, padahal luasnya hanya 664,01 km2 atau 0,03% dari total luas daratan Indonesia yaitu 1.919.440 km2. Dengan demikian, opsi pemindahan Ibu Kota Negara dinilai lebih tepat daripada penataan ulang kondisi Ibu Kota Jakarta saat ini. 

Pemindahan Ibu Kota Negara diharapkan dapat mendukung keberjalanan pemerintahan di masa mendatang. Namun, menurut Fahrul, hal ini tidak dapat dilakukan secara instan. Masih satu pendapat, Novan mengatakan perlu waktu yang lama untuk membangun infrastruktur yang memadai dan pengkondisian lingkungan sekitar guna menunjang pemerintahan di Ibu Kota Negara baru. Enrico menambahkan, efektifitas pemindahan Ibu Kota Negara juga bergantung pada faktor pendukung lain, seperti kebijakan pemerintah, manajemen sumber daya, dan adaptasi dari berbagai lembaga pemerintahan. Menurut Naufal, pemerintah perlu menjalin koneksi yang baik antar konstitusi di bawahnya karena tidak mungkin semua lembaga pemerintahan dipindahkan serentak. 

Aktivitas di sekitar lingkungan Ibu Kota Negara bisa dibilang cukup padat. Novan berpendapat, dengan dipindahkannya Ibu Kota Negara ke tempat baru, pusat perekonomian pun perlahan akan berpindah. Enrico menambahkan, adanya pembangunan infrastruktur dan fasilitas di Ibu Kota Negara baru akan menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar. Hal ini didukung dengan pendapat Fahrul, ia menyatakan perlu digalakkan pengembangan UMKM pada Ibu Kota Negara. Adanya UMKM dan masuknya investor akan berdampak besar bagi masyarakat sekitar, sehingga kesejahteraan ekonomi dapat tercapai. 

Selain pemerataan ekonomi, pemerintah juga berharap pemindahan Ibu Kota Negara dapat mendorong pemerataan penduduk. Menurut Naufal, tercapainya pemerataan penduduk bergantung pada sikap masyarakat. Banyak masyarakat awam yang memandang Ibu Kota Negara sebagai opportunity yang menjanjikan. Jika mereka melakukan migrasi massal, Ibu Kota Negara akan penuh lagi, sehingga menghambat kegiatan ekonomi dan pemerintahan di sana. Enrico menambahkan, perlu pertimbangan lain agar pemerataan penduduk dapat tercapai, seperti kebijakan pembangunan daerah, investasi infrastruktur, dan peningkatan aksesibilitas. Sementara itu, Novan dan Fahrul sepakat bahwa pemerataan penduduk dapat tercapai ketika roda perekonomian di Ibu Kota Negara sudah berjalan dengan lancar.

Terlepas dari hal di atas, pemerintah perlu penataan ruang yang baik, mengingat kondisi Kalimantan Timur sebagai lokasi tujuan Ibu Kota Negara masih asri. Seperti yang kita ketahui, pemerintah mengusung konsep green city pada Ibu Kota Negara baru. Menurut Fahrul, konsep tersebut hanya sebagai daya tarik Ibu Kota Negara yang berada di kawasan hutan. Dalam jangka panjang, pepohonan tersebut pasti akan ditebang. Untuk mengatasi hal itu, Fahrul dan Novan sepakat perlu diterapkan aturan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota sebesar 30% agar penataan bangunan dan ruang hijau di Ibu Kota Negara dapat seimbang. Sementara itu, Naufal mengatakan perlu dibangun sistem perairan yang baik, mengingat Kalimantan Timur mengalami krisis air bersih karena kondisi geografisnya yang kaya akan tanah gambut. Fahrul juga menambahkan, kawasan industri dan pemukiman warga sebaiknya diletakkan di pinggiran kota. Budaya penggunaan transportasi umum juga perlu ditingkatkan agar dapat menghindari kemacetan di kawasan Ibu Kota Negara.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Postingan Populer

Arsip Blog