Kenaikan Harga BBM Pertamax
Bahan bakar minyak merupakan salah satu hasil dari pemanfaatan sumber daya alam minyak bumi dan gas alam (gas bumi). Minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam yang berasal dari fosil. Fosil ini terbentuk dari sisa makhluk hidup yang mati jutaan tahun yang lalu di dalam tanah sehingga minyak bumi dan gas alam termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Ada juga BBM yang diolah dari campuran minyak bumi dan bahan bakar nabati (biofuel). BBM digunakan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat, misalnya bahan bakar alat transportasi, pembangkit listrik, atau keperluan rumah tangga. Oleh karena itu, ketersediaan dan harga BBM sangatlah vital terhadap perekonomian sebuah negara.
Harga BBM sendiri bisa berubah-ubah, tergantung pada kebijakan pemerintah dan harga BBM dunia. Baru-baru ini ramai persoalan tentang kenaikan harga salah satu BBM di Indonesia, yakni Pertamax. Harga Pertamax 2022 resmi naik pada Jumat, 1 Maret 2022. Kenaikan harga Pertamax terjadi di seluruh wilayah Indonesia dengan besaran beragam. Dengan adanya kenaikan tersebut, harga Pertamax sekarang berada pada kisaran Rp12.500 hingga Rp13.000 per liter. Artinya, harga Pertamax naik sebesar Rp3.500 hingga Rp3.600 per liter dari harga sebelumnya yakni Rp9.000 hingga Rp9.400 per liter. Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero), Irto Ginting, menjelaskan bahwa kenaikan harga BBM Pertamina dilakukan secara selektif. Harga BBM yang naik hanya berlaku untuk BBM nonsubsidi yang dikonsumsi masyarakat sebesar 17%. Sedangkan BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar subsidi yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebesar 83%, tidak mengalami perubahan harga. Harga Pertalite ditetapkan stabil di harga Rp7.650 per liter dan Solar subsidi harganya tetap Rp5.150 per liter. Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat. Harga Pertamax ini tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya.
Perubahan harga Pertamax dari Rp9.000 per liter menjadi Rp12.500 per liter berlaku di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Harga Pertamax dari Rp9.200 per liter menjadi Rp12.750 per liter berlaku di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Sedangkan perubahan harga Pertamax dari Rp9.400 per liter menjadi Rp13.000 per liter berlaku di wilayah Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Kodya Batam (FTZ).
Diyakini bahwa konflik Ukraina dan Rusia menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga. Pasokan minyak mentah dari Rusia dan Kazakstan terganggu akibat kerusakan pipa Caspian Pipeline Consortium. Tingginya harga minyak dunia juga berdampak pada tingginya harga minyak mentah Indonesia (ICP). Sejak akhir tahun 2021, ICP memang merangkak naik dan makin meningkat sejak akhir Februari saat konflik Ukraina dan Rusia.
Pertamina menjelaskan, krisis geopolitik yang terus berkembang sampai saat ini mengakibatkan harga minyak dunia melambung tinggi di atas 100 dolar AS per barel. Hal ini pun mendorong harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) per 24 Maret 2022 tercatat 114,55 dolar AS per barel atau melonjak hingga lebih dari 56% dari periode Desember 2021 yang sebesar 73,36 dolar AS per barel. Menyikapi kondisi ini, Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga harus tetap menjaga komitmen dalam penyediaan dan penyaluran BBM kepada seluruh masyarakat hingga ke pelosok negeri. Untuk menekan beban keuangan Pertamina, selain dengan melakukan efisiensi ketat di seluruh lini operasi, penyesuaian harga BBM juga tidak bisa terelakkan. Penyesuaian harga ini, lanjut Irto, masih jauh di bawah nilai keekonomiannya. Dengan harga baru Pertamax, Pertamina berharap masyarakat tetap memilih BBM nonsubsidi yang lebih berkualitas.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax harus dinaikkan untuk menjamin kesehatan keuangan perusahaan. Hal tersebut ia sampaikan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat pada Senin 28 Maret 2022. Nicke mengatakan Pertamax bukan bahan bakar yang dijual secara komersial dan hanya diperuntukan bagi mereka yang mampu sehingga porsinya hanya 20% dari penjualan BBM. Nicke mengatakan jenis BBM nonsubsidi yang mengikuti harga pasar terdiri dari Pertamax Turbo, Dex Lite, dan Pertamina Dex. Adapun pangsa pasar tiga BBM tersebut sangat kecil. Sementara itu, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan BBM jenis Pertamax sudah selayaknya dinaikkan sejak tahun 2021 lalu. Ia menjelaskan idealnya harga Pertamax saat ini dijual di harga Rp12.000 per liter. Ia juga yakin kenaikan harga Pertamax tak akan berdampak banyak kepada inflasi. Selain itu, ia mengatakan bahwa penyesuaian harga yang lakukan oleh Pertamina akan tetap menghitung daya beli masyarakat.
Beberapa tanggapan dari masyarakat ada yang pro dan ada pula yang kontra mengenai hal tersebut. Tri Handayani, seorang aparatur sipil negara (ASN) asal Kota Sate, mengaku setuju dengan kebijakan yang diambil pemerintah mengenai kenaikan harga Pertamax tetapi pemerintah juga harus mempertimbangkan kondisi ekonomi semua lapisan masyarakat. Bagi masyarakat lapisan menengah ke bawah yang pekerjaannya sering menggunakan BBM, perlu diprioritaskan untuk tetap mendapat subsidi. Dia juga mengeluhkan mengenai salah satu SPBU yang menjual Pertalite ke seseorang dengan banyak jeriken yang diangkut dengan pick-up. Menurutnya, hal tersebut tidak fair karena mengakibatkan beberapa pengguna motor atau mobil yang datang ke SPBU tidak kebagian. Dia berharap pemerintah membatasi pembelian Pertalite bagi para pedagang.
Paska harga Pertamax naik, muncul juga berbagai tanggapan warga di Purbalingga. Cyntia (45 tahun) mengaku sangat keberatan dengan kenaikan harga Pertamax yang biasa dipakai untuk bekerja dan perjalanan jauh. Dani, seorang driver ojek online, mengaku sedih dengan kenaikan harga BBM jenis RON 92 itu karena Pertamax perlu digunakan agar mesin kendaraan roda duanya lebih mulus. Dani juga semakin mengeluhkan hal itu lantaran saat ini kondisi barang kebutuhan secara umum kian meningkat harganya. Dia berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan masyarakat dan mendengarkan keluhan-keluhan yang ada. Pandangan yang senada diungkapkan oleh Rizal (40 tahun). Dia mengaku pemerintah tidak memikirkan kesulitan hidup masyarakat, terutama rakyat kecil dengan pendapatan yang terbilang minim. Kenaikan harga Pertamax menurutnya bakal menimbulkan efek domino yang nantinya bahan-bahan kebutuhan pastinya bakal mengalami kenaikan pula lantaran ongkos atau biaya transportasinya mahal, imbas kenaikan harga Pertamax.
Referensi :
https://mypertamina.id/fuels-harga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.