Kawasan Industri Sea Port Kuala Tanjung
Sea Port Kuala Tanjung
Tempat pelabuhan laut seringkali dijadikan sebagai penentu gerak perekonomian dalam suatu negara. Pelabuhan laut (Sea Port) merupakan pelabuhan muatan barang dalam memenuhi kebutuhan keluar dan masuknya barang melalui pelabuhan tersebut. Berdasarkan PP No. 69 tahun 2001, jenis pelabuhan laut disini berfungsi untuk perdagangan luar negeri. Aktivitasnya pun meliputi beberapa kegiatan mulai dari bongkar muat, penyimpanan kargo, persinggahan kapal peti kemas. Umumnya tempat ini akan disinggahi oleh berbagai kapal dengan bendera nasional maupun internasional. Hal ini terjadi karena adanya persetujuan bilateral masing-masing negara.
Pelabuhan Kuala Tanjung akan menjadi pelabuhan alih muat untuk barang perdagangan internasional yang masuk ke kawasan Indonesia Barat, sebelumnya peran tersebut sebagian besar dipegang oleh pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki lokasi yang strategis yaitu pada jalur perdagangan dunia untuk Asia dan Eropa. Pelabuhan Kuala Tanjung berbatasan secara langsung dengan Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran utama yang dilewati sekitar 120.000 kapal yang dikenal sebagai salah satu jalur lalu lintas pelayaran tersibuk di dunia, dan memiliki akses yang mudah dengan Singapura dan Malaysia.
Peta distribusi peti kemas dengan Kuala Tanjung sebagai hub internasional
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan. Sebagai hasil pertumbuhan pembangunan pelabuhan, industri-industri baru dapat tumbuh di sekitar DLKR, dengan penawaran paket komprehensif dari pusat layanan pelabuhan kepada industri seperti kelapa sawit atau batubara. Kondisi eksisting Pelabuhan Kuala Tanjung saat ini merupakan pelabuhan yang memiliki potensi hinterland yang terdiri dari banyak perkebunan kelapa sawit. Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung diarahkan kepada pengembangan terminal curah cair dan curah kering serta fasilitas pendukungnya. Industri kelapa sawit (dalam bentuk CPO, kernel, maupun PKO) merupakan industri strategis. Adanya kawasan industri Sei Mangke di sekitar lokasi pelabuhan dapat meningkatkan potensi throughput Pelabuhan Kuala Tanjung.
Dalam mengembangkan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate (PIE), terdiri dua bagian yang terintegrasi antara kawasan pelabuhan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) dan kawasan industri Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ), Pelindo 1 sudah melakukan kerjasama global logistik dengan sejumlah strategic partner untuk mengakselerasi pengembangan PIE. Misalnya Port of Rotterdam, dan Zhejiang Seaport Group ini bekerjasama dengan anak perusahaan Pelindo 1 PT Prima Pengembangan Kawasan dalam mengembangkan Kawasan industri di Kuala Tanjung seluas 200 ha pada tahap pertama yang disediakan untuk industri-industri dari China.
Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ) dikembangkan di area seluas 3.400 Ha dengan memiliki potensi segmen industri yang beragam, baik itu port associate industry maupun yang non-port associate industry, di antaranya: aluminium, palm oil, iron & steel, rubber, petrochemical, produk makanan, serta segmen industri lainnya. Kawasan ini juga akan diperkuat dengan tersedianya berbagai layanan pendukung seperti bunkering service, logistic service, dan warehousing, serta dilengkapi juga dengan penyediaan listrik, jaringan pipa gas, air bersih, pengelolaan limbah, dan jaringan utilitas lainnya. PT Pertamina (Persero) juga membangun sarana fasilitas tangki bahan bakar minyak (BBM) dan jalur pipa gas bumi yang bersinergi dengan PT Pelindo 1 untuk memenuhi kebutuhan energi untuk industri di kawasan tersebut.
Pelindo 1 terus melakukan akselerasi pengembangan PIE dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara melalui anak perusahaannya, PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK) dengan Union Resources & Engineering Co., Ltd (UREC) tentang pemanfaatan lahan dan infrastruktur di Kawasan Industri Kuala Tanjung. Ruang lingkup kerjasama ini melingkupi pemanfaatan lahan dan infrastruktur dasar untuk kebutuhan pembangunan smelter tembaga milik UREC di Kawasan Industri Kuala Tanjung. Smelter tembaga ini akan dibangun di area seluas 100 Ha yang terintegrasi dengan pelabuhan.
Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kinerja pelabuhan Kuala Tanjung dapat terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari performance Terminal Multipurpose Kuala Tanjung 2020 yang meningkat cukup signifikan sebagai terminal baru, di mana dari 2019 ke 2020 kargo peti kemas, curah cair CPO, general cargo dan kunjungan kapal terus mengalami kenaikan.
Sedangkan kepala desa Kuala Tanjung mengatakan “Menurut saya pembangunan pelabuhan kuala tanjung bagus akan tetapi pihak pelabuhan kurang melakukan konfirmasi dan komunikasi kepada pemerintah setempat sehingga sering terjadi kesalahpahaman, maunya pelabuhan, setiap aktivitas dan kegiatan itu konfirmasi dengan pemerintah setempat, dan mereka juga tidak menepati janji yang katanya dulu tenaga kerja diambil dari masyarakat sekitar tapi nyatanya itu cuma janji. Harapan kami adanya komunikasi yang baik antara pelabuhan dan pemerintah setempat dan janjinya itu ditepati sehingga kita bisa membantu masyarakat setempat yang masih belum dapat kerja untuk kerja di sana”
Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki beberapa dampak bagi masyarakat sekitar, diantaranya:
Jenis pekerjaan. Faktor ini memiliki dua indikator yaitu pekerjaan utama dan tetap, indikator ini memiliki dampak yang sudah dirasakan oleh masyarakat sekitar pelabuhan akan tetapi tidak ke seluruh masyarakat karena hanya beberapa masyarakat yang bekerja di pelabuhan Kuala Tanjung sebagai tenaga honorer dan security di pelabuhan. Indikator yang kedua yaitu pekerjaan sampingan, indikator ini memiliki dampak yang cukup signifikan karena banyak masyarakat yang memiliki pekerjaan sampingan setelah adanya pembangunan pelabuhan, seperti counter pulsa, usaha klontong, dan penjual gorengan.
Pemenuhan Kebutuhan dan Pengeluaran Keluarga. Faktor ini sudah dirasakan pengaruhnya oleh masyarakat sekitar pelabuhan karena adanya pembangunan pelabuhan mampu memenuhi kebutuhan dan pengeluaran keluarga di desa Kuala Tanjung.
Beberapa masyarakat masih dirugikan secara ekonomi dan sosial karena Pelabuhan kuala tanjung masih bermasalah dalam pelunasan ganti rugi lahan masyarakat.
Sumber:
Dyaksa, Ida Bagus Wicitra. 2016. Analisis Dampak Penetapan Pelabuhan Kuala Tanjung Sebagai Hub Port Internasional. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Nasution. 2019. Muhammad Ardi Rafian Dampak Pelabuhan Kuala Tanjung Di Kabupaten Batubara Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitarnya. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Rangkuti, Amril Syahputra, dkk. 2018. Alternatif Strategi Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung – Sumatera Utara . ALBACORE Volume 2, No 2 Hal 229-238.
https://freightsight.com/article/perputaran-ekonomi-sea-port-terbesar-di-dunia https://www.kikt.co.id/port-of-rotterdam-dan-zhejiang-seaport-kerja-sama-dengan-pelindo-1-kembangkan-kuala-tanjung-pie/
http://ktmt.co.id/web/#/media/4
http://ktmt.co.id/web/#/media/2
http://ktmt.co.id/web/#/media/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.