BUTENA EDISI IX : Mobil Listrik

 Mobil Listrik

Mobil listrik adalah mobil yang digerakkan dengan motor listrik, menggunakan energi listrik yang disimpan dalam baterai atau tempat penyimpan energi lainnya. Mobil listrik sangat populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 tetapi popularitasnya meredup karena teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin murah. Krisis energi pada tahun 1970-an dan 1980-an pernah membangkitkan sedikit minat pada mobil listrik tetapi para produsen kendaraan baru menaruh perhatian yang serius pada kendaraan listrik pada tahun 2000-an. Hal ini disebabkan harga minyak yang melambung tinggi pada tahun tersebut serta banyaknya masyarakat dunia yang sadar akan dampak buruk emisi gas rumah kaca.

Mobil listrik tentu saja tidak lepas dari baterai yang digunakan. Sebuah baterai pada mobil listrik sangatlah vital fungsinya karena menentukan seberapa jauh mobil listrik bisa berjalan. Saat ini baterai yang paling banyak digunakan mobil listrik adalah baterai berjenis lithium-ion. Tipe baterai ini adalah baterai yang banyak digunakan juga pada alat elektronik seperti smartphone. Baterai pada mobil listrik memiliki kelemahan yaitu rata-rata kehilangan 2,3% kapasitasnya setiap tahun. Tidak seperti mobil berbahan bakar bensin, mobil listrik dapat diisi baterainya dari stop kontak yang ada di rumah tanpa perlu pergi ke stasiun pengisian tertentu. Pengisian baterai juga dapat dilakukan di stasiun pengisian yang ada di jalan atau toko yang menyediakannya. Listrik yang digunakan untuk mengisi baterai mobil listrik dihasilkan dari banyak sumber, seperti batu bara, hidroelektrisitas, nuklir atau tenaga lainnya. Sumber tenaga terbarukan seperti sel surya (PLTS), mikrohidro, tenaga arus laut, tenaga panas bumi atau angin juga dapat digunakan. 

 

Mobil listrik memiliki beberapa kelebihan yang potensial jika dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa. Yang paling utama adalah mengurangi potensi emisi gas rumah kaca hingga 4,6 metrik ton gas rumah kaca tiap satu mobil karena lebih efisien dalam konversi energi. Hal itu juga didukung jika sebagian besar pembangkit listrik menggunakan energi non fosil. Pada akhirnya, ketergantungan minyak dari luar negeri pun berkurang karena bagi beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat dan banyak negara Eropa, kenaikan harga minyak dapat memukul ekonomi mereka. Bagi negara berkembang, harga minyak yang tinggi semakin memberatkan neraca pembayaran mereka sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Keuntungan lainnya ialah mobil listrik tidak menimbulkan kebisingan polusi suara sehingga dapat bermanfaat bagi lingkungan. Selain itu, mobil listrik tidak memerlukan perpindahan gigi, dimana pada mobil bensin hal inilah yang menjadi penghambat besar dalam mengemudikannya.

Meskipun mobil listrik memiliki beberapa keuntungan potensial seperti yang telah disebutkan di atas, tetapi penggunaan mobil listrik secara meluas memiliki banyak hambatan dan kekurangan. Sampai tahun 2011, harga mobil listrik masih jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa dan kendaraan listrik hibrida karena harga baterai ion litium yang mahal. Meskipun begitu, saat ini harga baterai mulai turun karena mulai diproduksi dalam jumlah besar. Faktor lainnya yang menghambat tumbuhnya penggunaan mobil listrik adalah masih sedikitnya stasiun pengisian untuk mobil listrik, ditambah lagi ketakutan pengendara akan habisnya isi baterai mobil sebelum mereka sampai di tujuan. Beberapa pemerintah di beberapa negara telah menerbitkan beberapa insentif dan aturan untuk menanggulangi masalah ini, yang tujuannya untuk membiayai pengembangan teknologi dan meningkatkan penjualan mobil listrik sehingga harga baterai dan komponen mobil bisa semakin efisien. Mobil listrik mempunyai jarak maksimum yang jauh lebih rendah dan pengisian baterainya pun membutuhkan waktu yang cukup lama bila dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam. Mobil dengan mesin pembakaran dalam dapat dianggap mempunyai jarak tempuh tak terbatas karena bahan bakarnya dapat diisi dengan cepat dan stasiun pengisiannya pun mudah ditemukan. Selain itu, orang buta atau yang bermasalah dengan penglihatan biasanya memakai suara bising mesin sebagai suatu hal yang membantu ketika mereka sedang menyeberang jalan. Hal itu tidak ada pada mobil listrik  sehingga mobil listrik dapat memunculkan bahaya laten

Model mobil listrik yang tersedia dan dijual di beberapa negara hingga November 2011 adalah Tesla Roadster, REVAi, Renault Fluence Z.E., Buddy, Mitsubishi i MiEV, Tazzari Zero, Nissan Leaf, Smart ED, Wheego Whip LiFe, Mia listrik, dan BYD e6. Dua mobil listrik paling laris di dunia adalah Nissan Leaf yang memiliki penjualan lebih dari 20.000 unit di seluruh dunia (sampai November 2011) dan Mitsubishi i-MiEV, dengan penjualan global lebih dari 17.000 unit (sampai Oktober 2011).

Saat ini, Nissan LEAF adalah mobil listrik paling murah di Amerika Serikat dengan harga awal adalah $ 32.780 yang kemudian berkurang menjadi $ 25. Sementara Sedan listrik Renault Fluence Z.E. 5 pintu akan dijual dengan harga awal dibawah $ 20,000 (belum termasuk pemotongan pajak). Perusahaan mobil listrik Tesla Motors menggunakan teknologi baterai komputer jinjing sebagai baterai yang mereka gunakan di mobil listrik mereka. Baterai ini 3- 4 kali lebih murah bila dibandingkan dengan baterai mobil listrik biasa yang dipakai perusahaan mobil lainnya. Baterai konvensional menghabiskan $ 700-800 per kilowatt jam, sedangkan baterai yang menggunakan sel dari komputer jinjing hanya $ 200 saja. Pada akhirnya, hal ini memungkinkan turunnya harga mobil listrik yang menggunakan teknologi dari Tesla seperti Toyota RAV4 EV, Smart ED, dan Model X. New York Times sendiri mengestimasi harga baterai berkisar antara $ 400 sampai $ 500 per kilowatt-jam.

 

Krisis energi pada tahun 1970-an dan 1980-an menimbulkan kembali minat masyarakat akan mobil listrik. Pada awal 1990-an, California Air Resources Board (CARB) mulai menekan para pabrikan otomotif untuk mulai membuat mobil yang efisien dalam bahan bakar rendah emisi dengan tujuan akhirnya adalah membuat kendaraan emisi nol seperti kendaraan listrik. Sebagai respons, beberapa pabrikan mencoba membuat mobil listrik mereka masing-masing, seperti Chrysler TEVan, truk pikap Ford Ranger EV, GM EV1, pikap S10 EV, hatchback Honda EV Plus, miniwagon Altra EV, dan Toyota RAV4 EV. Mobil-mobil ini akhirnya ditarik peredarannya di pasar Amerika Serikat.

Perusahaan otomotif asal California, Tesla Motors, memulai pengembangan Tesla Roadster pada tahun 2004 dan kemudian diluncurkan ke publik pada tahun 2008. Sampai bulan Januari 2011, Tesla telah berhasil menjual 1.500 unit Roadster di 31 negara. Sementara penjualan Nissan Leaf di Jepang dan Amerika Serikat dimulai pada Desember 2010 meskipun di awal peluncurannya hanya tersedia di beberapa kawasan dan dengan jumlah yang terbatas. Sampai pada September 2011, mobil listrik yang dijual adalah REVAi, Buddy, Citroën C1 ev'ie, Mercedes-Benz Vito E-Cell, Smart ED, dan lain-lain. 

Mobil listrik paling laris di dunia yang bisa dioperasikan di jalan raya saat ini adalah Nissan Leaf dan Mitsubishi i-MiEV yang berada di peringkat kedua. Empat negara dengan penjualan mobil listrik terbanyak adalah Prancis, Norwegia, Jerman, dan Inggris. Sampai April 2012, Norwegia mempunyai 6.587 mobil listrik, jumlah terbesar di Eropa dan kepemilikan mobil listrik per kapita tertinggi di dunia. 

Pemerintah Amerika Serikat telah memberikan dana hibah sebesar US$2,4 miliar untuk pengembangan mobil listrik dan baterai. Pemerintah Tiongkok mengumumkan bahwa mereka akan menyediakan dana sebesar US$15 miliar untuk memulai industri mobil listrik di negaranya. Beberapa pemerintah lokal dan nasional di banyak negara telah menerbitkan kredit pajak, subsidi, dan banyak insentif lainnya untuk mengurangi harga mobil listrik dan mobil plug-in

Di Indonesia sendiri, pada tanggal 1 April 2012, pemerintah memberikan 100 miliar rupiah untuk riset mobil listrik. Lalu pada tanggal 10 Juni 2013, pemerintah menegaskan kendaraan listrik bebas pajak. Hingga pada tanggal 12 Juni 2013, Zbee dari Swedia resmi membuka pabrik kendaraan listrik dengan nama PT Lundin Industry yang terletak di Kota Banyuwangi, Jawa Timur, dan target produksi minimal 100.000 unit per tahun.

Indonesia tidak ketinggalan mengambil bagian dalam memproduksi mobil listrik. Walaupun masih berupa purwarupa, mobil listrik buatan anak bangsa cukup menjanjikan. Saat ini telah ada 2 model yang diketahui, yaitu Mobil listik Ahmadi dan Tucuxi. Pada tanggal 20 Mei 2013, dilakukan diuji coba bus listrik untuk APEC 2013 Oktober. Sampai sekarang bus listrik tersebut melayani transportasi publik di Yogyakarta. 

Tanggal 6 Mei 2014, ITS menorehkan rekor mobil listrik untuk dalam negeri dengan rincian jarak tempuh total 800 km, kecepatan rata-rata 120-130 km/jam serta setiap 8 jam dilakukan pengisian ulang selama 3 jam. Rute yang ditempuh adalah Jakarta–Bandung–Tasikmalaya–Purwokerto–Jogjakarta–Madiun–Surabaya.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Mobil_listrik 

https://www.assarent.co.id/berita-promo/mengenal-mobil-listrik-yang-kian-beragam-dan-makin-diminati-1 

https://www.careta.my/article/hyundai-bakal-bina-e-pit-di-korea-selatan-stesen-pengecasan-ev-bertemakan-f1 

https://m.mediaindonesia.com/teknologi/348049/tesla-akan-segera-rilis-mobil-listrik-swakemudinya 

https://otomotif.bisnis.com/read/20190905/46/1144827/nissan-pelajari-opsi-produksi-mobil-listrik-leaf-di-indonesia 

https://edukasi.okezone.com/read/2019/07/26/65/2084146/lowo-ireng-reborn-limosin-mobil-listrik-karya-mahasiswa-its-yang-telah-disempurnakan 


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Postingan Populer

Arsip Blog