[BUTENA 6] Suasana Cozy dan Bernuansa Aesthetic: Tempat Nugas yang Worth it untuk Dicoba di Solo

                                                               BUTENA EDISI 6 2025

Suasana Cozy dan Bernuansa Aesthetic: Tempat Nugas yang Worth it untuk Dicoba di Solo

Rutinitas sehari-hari yang padat kerap membuat kita membutuhkan tempat yang tenang untuk membuka laptop, membaca buku, atau sekadar menikmati kopi sambil melepas penat. Di Kota Solo, tersedia berbagai tempat yang dapat menjadi pelarian sejenak dari hiruk-pikuk aktivitas, mulai dari perpustakaan, kafe, hingga museum. Tempat-tempat tersebut tidak hanya nyaman dan mudah diakses, tetapi juga memiliki suasananya mendukung agar lebih berkonsentrasi, ada pula yang menawarkan estetika ruang yang membuat pengunjung betah. Melalui Buletin Teknik Kimia (BUTENA) edisi ke-6 ini, akan dibahas beberapa tempat pilihan yang dapat menemani aktivitas belajarmu agar tetap produktif di tengah kesibukan.

  1. Bank Indonesia (BI)

Sumber: Perpustakaan Bank Indonesia, “Event view 14822,” perpustakaan-bi.org (diakses 4 Agustus 2025).

Terletak di lantai empat Gedung Bank Indonesia Solo, perpustakaan ini menawarkan lebih dari sekadar rak buku. Setelah menunjukkan KTP di lobi, pengunjung akan diarahkan menuju ruang perpustakaan. Proses registrasi dilakukan di pintu masuk, kemudian pengunjung bebas menjelajahi ruang baca dengan nuansa tenang, fasilitas bersih, dan suasana yang nyaman sangat cocok untuk bekerja atau sekadar membaca buku. Koleksi bukunya cukup lengkap, mencakup buku fiksi, ekonomi, teologi, pengembangan diri, literatur ilmiah, bahkan tersedia pula buku braille. Di sisi kiri ruangan, terdapat meja panjang yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang kerja atau tempat membaca. Fasilitas komputer tersedia bagi yang ingin menjelajah internet, dan dispenser air minum disediakan bagi yang membawa tumbler isi ulang. Tanpa dipungut biaya sepeserpun, ruang ini menjadi coworking space dengan fasilitas dan kenyamanan setara ruang baca pribadi. Pengunjung dapat dengan mudah mengakses Bank Indonesia yang beralamatkan di Jl. Jend. Sudirman No.15, Kp. Baru, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta.

  1. Lana Seduh & Singgah

Sumber: Google Maps, “Shared map link maps.app.goo.gl/Q4YfZy8kF1FykTMW6”, (diakses 5 Agustus 2025).

Kafe ini berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, tepat di sebelah timur perempatan Stasiun Purwosari. Dengan desain minimalis, suasana di dalam ruangan terasa teduh meskipun aktivitas lalu lintas kota masih dapat terlihat melalui kaca besar di bagian depan. Dirancang sebagai book-cafe, kafe ini menyediakan berbagai koleksi buku yang dapat dibaca secara bebas, meliputi novel, majalah, buku pengembangan diri, serta biografi. Untuk menambah kenyamanan, tersedia pula beberapa permainan papan yang dapat dimainkan sebagai sarana hiburan. Menu yang ditawarkan sangat beragam, mencakup nasi tim ayam jamur, nasi goreng kecombrang, salad khas Vietnam dan Italia, serta hidangan Barat seperti fish & chips, chicken parmigiana, dan butterfly chicken katsu. Dengan harga mulai dari Rp 26.000 hingga Rp 50.000, kafe ini menjadi tempat yang ideal untuk menikmati hidangan enak, membaca buku, serta menikmati suasana yang tenang dan nyaman. Kafe ini beralamatkan di Jl. Slamet Riyadi No.440, Purwosari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta.

  1. Kafe Bukuku Lawas

Sumber: Google Maps, “Shared map link maps.app.goo.gl/opt1HjqdWfSuqgmZ8”, (diakses 5 Agustus 2025).

Selanjutnya, Kafe Bukuku Lawas merupakan sebuah bangunan joglo kuno di Ngasinan yang menyuguhkan suasana bernuansa vintage. Kafe ini dipenuhi rak-rak tinggi berisi buku bekas dari berbagai genre, mulai novel remaja, karya klasik, hingga bacaan sejarah. Seluruh koleksi buku dapat dibaca di tempat atau dibeli dengan harga mulai Rp 5.000. Pengunjung dapat menikmati buku bacaan ditemani lampu remang yang hangat. Banyak pengunjung yang betah berlama-lama hingga malam hari. Kafe ini sangat ideal bagi mereka yang ingin bersantai dalam ruang nostalgia yang nyaman tanpa membuat dompet kempes. Kafe ini terletak di dekat Institut Seni Indonesia tepatnya di Jl. Guruh No.26, RT. 01, Ngasinan, Kec. Jebres, Kota Surakarta.

  1. Monumen Pers Nasional 

Sumber: Google Maps, “Shared map link maps.app.goo.gl/qTQH1uWrYiTajikt7”, (diakses 5 Agustus 2025).

Setelah menjelajahi ruang baca dan kafe estetik, kita melangkah ke Monumen Pers Nasional Solo bekas markas para jurnalis yang kini telah bertransformasi menjadi museum dan ruang kreatif publik. Tempat ini buka pukul 09.00 hingga 15.00 WIB, dari hari Senin hingga Sabtu, dan dapat dikunjungi secara gratis. Pengunjung cukup melakukan registrasi di lobi. Di dalam museum, tersimpan berbagai warisan jurnalistik bersejarah, seperti mesin ketik kuno, kamera, pemancar radio, serta koleksi koran dan majalah dari masa penjajahan hingga era reformasi, termasuk ratusan arsip media cetak.

Lantai dua dari bangunan ini difungsikan sebagai perpustakaan umum sekaligus coworking space yang dapat dimanfaatkan secara gratis oleh pengunjung. Fasilitas yang disediakan sangat lengkap, meliputi meja, kursi dengan colokan listrik di setiap tempat duduk, koneksi Wi-Fi yang cepat, pendingin ruangan (AC), serta loker penyimpanan tas. Suasananya yang bersih dan tenang menjadikan tempat ini ideal untuk belajar. Perpustakaan di Monumen Pers terletak di Jl. Gajahmada No.59, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta.

  1. Lokananta Bloc

Sumber: Google Maps, “Shared map link maps.app.goo.gl/pXcyqaTtbZxMgvUX7”, (diakses 5 Agustus 2025).

Begitu melangkah di kawasan Lokananta Bloc yang terletak di Kerten, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, pengunjung akan disambut suasana terbuka yang sejuk dan lapang. Area lapangan belakang dan amfiteater kecil kerap dimanfaatkan sebagai tempat untuk bersantai, berbincang, atau menghadiri berbagai acara komunitas. Deretan tenant kulinernya juga menggoda, mulai dari kafe bagi yang ingin menikmati kopi hingga gerai makanan berat seperti nasi claypot dan pizza. Di sisi lainnya terdapat Galeri Lokananta, tempat bersejarah yang menyimpan kisah label rekaman pertama di Indonesia dan kini berfungsi sebagai museum. Di dalamnya tersimpan koleksi piringan hitam, mesin pengeras suara klasik, serta dokumentasi perjalanan industri musik lokal dari era 1950-an hingga saat ini. 


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Postingan Populer

Arsip Blog