[Butena 1] The Unrecognized Dangers of PFAS

    PFAS (Per and PolyfluoroAlkyl Substances) adalah sekelompok senyawa kimia organofluorin sintetik yang memiliki banyak atom fluor, yang terikat pada rantai alkil. Dalam perfluoroalkil, semua karbon kecuali yang terakhir terikat pada fluor dan karbon terakhir melekat pada gugus fungsi. Gugus fungsi yang berbeda-beda inilah yang menjadikan nama kimia yang bervariasi. Sementara itu, dalam polifluoroalkil setidaknya satu (tetapi tidak semua) karbon terikat pada fluor (Buck dkk., 2011). Banyak pendapat bahwa produksi dan penggunaan PFAS harus dibatasi karena tingginya persistensi (sangat tahan degradasi alamiah sehingga sulit terurai) PFAS serta kurangnya pengetahuan tentang sifat, kegunaan, dan sifat toksikologinya (Gluge dkk., 2020).

Pure Water Gazette » WQRF (formerly WQRC) issues RFP

            Kebanyakan PFAS berbentuk padat seringkali berbentuk kristal atau bubuk pada suhu kamar, tapi PFAS yang berantai pendek (bentuk asam dari PFCA, FTS, dan FTOH dengan ekor karbon 4 hingga 6) cenderung berbentuk cair pada suhu kamar (ITRC, 2023). PFAS banyak digunakan karena tegangan permukaan yang sangat rendah dan/atau ketahanan terhadap udara dan minyak. Tegangan permukaan rendah pada sebagian besar PFAS dapat memberikan sifat anti lengket pada permukaannya, sehingga benda yang terbuat dari material ini lebih mudah dibersihkan dan tahan terhadap noda. Sifat ini disebabkan karena elektronegativitas fluor yang tinggi dan ukurannya yang kecil menghasilkan ikatan karbon dan fluor yang kuat (Kissa, 2001). Namun, ikatan C-F yang kuat menjadikan PFAS bioakumulatif, beracun bagi lingkungan dan makhluk hidup, serta sulit terurai (Meegoda dkk., 2022). 

            Fluor dalam PFAS ditambang dari pengendapan mineral fluorit (CaF2) yang dicerna untuk membentuk asam fluorida (HF). HF dan bahan kimia berbasis non-PFAS lainnya digunakan dalam salah satu dari dua teknik sintetik umum untuk menghasilkan bahan awal seperti, perfluoroalkanoyl fluorida dari kelompok PFAS individu. Teknik sintetik yang digunakan yaitu fluorinasi langsung dan oligomerisasi. Fluorinasi langsung adalah mengubah zat non-fluorinasi menjadi zat berfluorinasi, misalnya fluorinasi elektrokimia. Sedangkan oligomerisasi yaitu mengubah monomer menjadi molekul yang lebih besar, misalnya fluorotelomerisasi. Fluorinasi langsung bersifat agresif dan sering kali mengakibatkan reaksi kimia yang tidak terkendali seperti pemendekkan dan pengaturan ulang rantai karbon, yang menghasilkan berbagai produk sampingan termasuk isomer siklik dan cabang. Oligomerisasi kurang agresif dan menghasilkan rangkaian senyawa target yang homolog (Evich dkk., 2022).


PFAS telah digunakan untuk memproduksi produk konsumen di seluruh dunia sejak tahun 1950-an. Contoh penggunaan PFAS dalam industri adalah pada campuran plastik, karet, produk pipa yang menyatukan dan membersihkan logam, lapisan fluoroplastik untuk membuat pakaian tahan api, dan resin komposit yang digunakan dalam produk gigi palsu. Selain itu, PFAS juga digunakan pada produk kertas sebagai lapisan permukaan yang menghilangkan kelembapan dan lemak, seperti kemasan kertas non-makanan (misalnya karton dan kertas penutup) dan bahan yang bersentuhan dengan makanan (misalnya kotak pizza dan pembungkus makanan cepat saji). Sifatnya yang tahan air dan minyak, stabilitas termal dan mekanis yang tinggi, daya tahan terhadap berbagai zat kimia, serta sifat pelumasnya yang baik menjadikannya banyak digunakan pada industri makanan, tekstil, kosmetik, elektronik, dll. 

Namun, PFAS yang tidak mudah terurai dan migrasinya yang cepat di air menjadikannya tersebar luas di seluruh dunia, bahkan di wilayah paling terpencil seperti Arktik. PFAS juga terdeteksi dalam darah dan ASI manusia serta makhluk hidup lainnya (CHEMTrust, 2018). Namun, pekerja yang terlibat dalam pengolahan bahan PFAS lebih mungkin terpapar PFAS tingkat tinggi dibandingkan masyarakat umum. PFAS ini masuk ke tubuh karena terhirup, tertelan, atau terkena bahan PFAS pada kulit. Bayi yang disusui dapat menelan PFAS melalui ASI. Dengan mempertimbangkan kemungkinan risiko dari penggunaan PFAS pada bayi yang disusui, the National Breastfeeding Committee tidak melihat adanya alasan untuk menghindari rekomendasi menyusui berdasarkan manfaat menyusui.

Kadar PFAS yang tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai risiko kesehatan, seperti peningkatan kadar kolestrol dan resiko tekanan darah tinggi, perubahan enzim hati, penurunan berat lahir bayi, serta peningkatan risiko beberapa jenis kanker. Karena ditemukannya risiko kesehatan dan lingkungan, PFAS ditempatkan di bawah kategori CEC, atau kontaminasi yang menimbulkan kekhawatiran. Bahan kimia yang diberi label CEC biasanya diketahui mempunyai atau berpotensi menimbulkan efek berbahaya terhadap kesehatan manusia atau lingkungan (Breithaupt, 2024).

Asam perfluorooctanoic (PFOA) dan asam perfluorooctane sulfonat (PFOS) merupakan zat yang paling banyak dipelajari pada subkelompok zat polifluoroalkil. Pada tahun 2006, penggunaan sebagian besar PFOS telah dilarang dan kemudian tanggal 7 Februari 2023, the European Chemical Agency (ECHA) menerbitkan proposal larangan produksi, penggunaan, dan penempatan di pasar (termasuk impor) dari seluruh kelompok zat per dan polifluoroalkil (PFAS). Pada bulan September 2020, the European Food Safety Authority (EFSA) menerbitkan penilaian ulang terhadap risiko kesehatan terkait keberadaan PFAS dalam makanan. Ini adalah pendapat EFSA pertama yang memasukkan PFAS lain, yaitu asam perfluorononanoic (PFNA) dan asam perfluorohexanesulfonic (PFHxS), dalam penilaian paparan dan penilaian risiko kesehatan selain PFOA dan PFOS. Asupan mingguan yang dapat ditoleransi (TWI) sebesar 4,4 nanogram (ng) per kilogram (kg) berat badan per minggu diperoleh dari jumlah empat PFAS, yaitu PFOA, PFNA, PFHxS, dan PFOS (BFR, 2023).

Di tahun 2023 ini, upaya untuk mengurangi PFAS masih menjadi pembahasan di kalangan peneliti. Salah satu metode untuk menangani masalah PFAS adalah dengan menggunakan lumpur aktif yang mampu mendegradasi molekul sekunder dari degradasi kimia satu jenis bahan kimia perfluorinasi melalui proses yang dikenal sebagai kometabolisme (Ober, 2022). Ada juga beberapa teknologi dekstruktif PFAS yang sedang dalam tahap pengembangan, seperti oksidasi elektrokimia, plasma, fotokatalisis, sonolisis, supercritical water oxidation, dan thermal degradation. Oksidasi elektrokimia dan reaktor plasma memiliki kemajuan besar dalam pengolahan sampel PFAS dibandingkan teknologi yang lain. Namun, degradasi sonokimia adalah yang paling menjanjikan dengan efisiensi degradasi yang tinggi dan tanpa pembentukan senyawa beracun. Hanya saja teknologi sonolisis masih dalam pengembangan skala laboratorium (Meegoda dkk., 2022).

            Pilihan gaya hidup yang baik dapat membantu mengurangi paparan terhadap PFAS. Beberapa di antaranya adalah memasak makanan dan minuman dari rumah serta mengurangi paparan PFAS dari pembungkus makanan dengan melepas pembungkusnya sesegera mungkin dan jangan memanaskan kembali makanan restoran dalam kemasannya. Untuk tekstil, periksa terlebih dahulu label bebas PFAS atau PFC. Pada produk kosmetik dan benang gigi, hindari produk yang mengandung bahan kimia dengan nama “fluoro” atau PTFE (Barhum, 2022).

Peran PFAS memang sangat berguna dalam produksi suatu bahan atau produk sebagai suatu pelapis. Akan tetapi, struktur senyawa PFAS yang berupa ikatan rantai panjang antar karbon dengan alkil fluor ini, menyebabkan sifat senyawa PFAS sulit untuk berdegradasi. Akibatnya, senyawa ini berpotensi menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, untuk mencegah paparan PFAS berkelanjutan perlu adanya pengurangan penggunaan bahan/produk yang mengandung senyawa PFAS. Salah satu cara pengurangannya, yaitu dengan tidak membiarkan makanan terlalu lama di dalam kemasannya.

References:

Buck et al 2011. Perfluoroalkyl and Polyfluoroalkyl Substances in the Environment: Terminology, Classification, and Origins. Integrated Environmental Assessment and Management. v7, (4), pp. 513–541.

Evich, M.G., dkk. 2022. Per- and Polyfluoroalkyl Substances in the Environment. National Library of Medicine.

Gluge, Juliane, dkk. 2020. Enviromental Science: Processes & Impacts. Royal Society of Chemistry.

Kissa, E. 2001. Surfactants and Fluorination Repellents, Revised and Expanded Second Edition. Surfactant Science Series. New York: Marcel Dekker, Inc.

Meegoda, J.N., dkk. 2022. A Review of PFAS Destruction Technolgy. National Library of Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9778349/

https://chemtrust.org/pfas/

https://extension.umaine.edu/gardening/understanding-pfas-and-your-home-garden/step-1/

https://news.ucr.edu/articles/2022/05/23/microbes-can-degrade-toughest-pfas#:~:text=These%20chemicals%20contain%20a%20bond,to%20conventional%20water%20treatment%20methods

https://pfas-1.itrcweb.org/4-physical-and-chemical-properties/

https://www.atsdr.cdc.gov/pfas/docs/PFAS_FamilyTree_EnvHealthPro-508.pdf

https://www.bfr.bund.de/en/here_to_stay__per__and_polyfluoroalkyl_substances__pfas__in_food_and_in_the_environment-244188.html

https://www.eea.europa.eu/help/faq/what-are-pfas-and-how

https://www.epa.gov/pfas/pfas-explained

https://www.oecd.org/chemicalsafety/portal-perfluorinated-chemicals/aboutpfass/

https://www.ppmco.com/per-and-polyfluoroalkyl-substances-pfas/

https://www.verywellhealth.com/pfas-awareness-and-risks-5220490

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Postingan Populer

Arsip Blog