ARGENTA EDISI 4 : Pertalite Mulai Langka?

 Pertalite Mulai Langka ?

ARGENTA (Argumen Teknik Kimia) edisi keempat mengambil tema ‘Pertalite Mulai Langka’ yang dilakukan melalui wawancara kepada Mahasiswa Teknik Kimia UNS angkatan 2019, 2020, dan 2021. Angkatan 2019 diwakili oleh Azzahra Putri, 2020 diwakili oleh Divanda Sekar Rahayuningtyas, dan 2021 diwakili oleh Muhammad Tegar Hidayat. Dalam ARGENTA kali ini, para responden menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan dengan pendapat yang beragam dan menarik untuk disimak. Berikut ulasan mengenai hasil wawancara yang telah dilakukan. 

Membahas mengenai faktor kelangkaan pertalite di Indonesia, tentu setiap orang memiliki pendapatnya masing-masing. Menurut Azzahra Putri, hal tersebut disebabkan oleh keadaan minyak di dunia yang sedang menipis dan tidak stabil. Divanda Sekar Rahayuningtyas menambahkan bahwa kenaikan harga pertamax menyebabkan masyarakat beralih menggunakan pertalite yang harganya lebih murah, sehingga terjadi kenaikan kebutuhan pertalite yang menyebabkan jumlahnya mulai dibatasi. Selain itu, Muhammad Tegar juga menambahkan salah satu faktor kelangkaan pertalite adalah pandemi COVID-19 di Indonesia yang mulai mereda sehingga menyebabkan konsumsi BBM juga bertambah secara signifikan.

Menurut Azzahra Putri, Divanda Sekar Rahayuningtyas, dan Muhammad Tegar, kelangkaan pertalite di pasaran dapat memengaruhi perekonomian. Lebih dari 70% masyarakat Indonesia memiliki kendaraan (motor atau mobil). Hal itu berarti masyarakat Indonesia sangat bergantung pada penggunaan BBM. Kelangkaan pertalite akan memaksa masyarakat untuk menggunakan pertamax dengan harga yang jauh lebih tinggi. Ketika biaya transportasi meningkat, harga barang-barang akan mengalami peningkatan. Bahkan biaya produksinya juga akan meningkat. Usaha masyarakat akan tersendat dan ekonomi semakin melemah. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan inflasi di segala sektor ekonomi dan meningkatkan masalah kemiskinan di Indonesia.

Keberadaan bahan bakar bersubsidi seperti pertalite sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Azzahra Putri yang menyatakan bahwa banyak masyarakat Indonesia menggunakan kendaraan untuk mencari nafkah. Selain itu, menurut Muhammad Tegar Hidayat, bahan bakar secara umum memiliki harga yang cukup tinggi, padahal komponen tersebut sangat dibutuhkan masyarakat untuk transportasi dan menjalankan usaha. Dengan adanya bahan bakar bersubsidi, masyarakat menjadi lebih mudah untuk menjangkau BBM. Apalagi daya beli masyarakat yang masih belum benar-benar pulih selepas pandemi COVID-19. Hal ini tentunya akan menjaga perekonomian agar bisa terus berkembang dan menekan kenaikkan harga komoditas kebutuhan pokok. Divanda Sekar Rahayuningtyas menambahkan, melambungnya harga minyak diseluruh dunia membuat masyarakat kelas menengah ke bawah merasa kesulitan mendapatkan pasokan untuk memnuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan. Maka dari itu, dengan adanya bantuan subsidi BBM jenis pertalite, masyarakat akan dengan mudah terbantu dan akan memicu geraknya roda perekonomian pada sektor perminyakan.

Hal terakhir yang ditanyakan dalam wawancara kali ini yaitu dengan kelangkaan pertalite di pasaran haruskah konsumen membeli bahan bakar jenis lainnya? Menurut Muhammad Tegar Hidayat, jika memang pertalite mulai sulit didapatkan, masyarakat tetap harus mencari bahan bakar lain karena perekonomian harus terus berjalan. Mau tidak mau, mereka akan beralih ke bahan bakar jenis lain meskipun harganya jauh lebih tinggi agar usaha dapat terus berjalan. Namun, hal ini seharusnya menjadi refleksi bagi pemerintah untuk tetap memastikan keberadaan BBM bersubsidi mengingat kebutuhan masyarakat yang bergantung kepadanya. Jika kelangkaan tersebut terus terjadi, maka akan berdampak negatif bagi perekonomian masyarakat. Pendapat tersebut disetujui oleh Divanda Sekar Rahayuningtyas dan Azzahra Putri, bahwa masyarakat dapat membeli jenis BBM sesuai dengan kemampuan daya belinya. Namun, dengan adanya kelangkaan pertalite ini ditambah adanya kebijakan bahwa pembelian pertalite harus melalui aplikasi, kesannya seperti menggiring masyarakat agar beralih ke BBM jenis lain.



Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Postingan Populer

Arsip Blog